filologi

FILOLOGI
PENGANTAR.
- Filologi dikenal sebagai ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan tangan.
- Studi terhadap karya masa lampau dilakukan karena :
- Adanya anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan masa lampau terdapat atau terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini.
- Hasil karya masa lampau berada dalam kondisi yang tidak selalu dapat diterima dan dipahami dengan jelas dan dapat dikatakan “gelap” oleh pembaca sekarang.
- Memiliki informasi tentang hasil budaya masa lampau yang berupa buah pikiran, perasaan, adat istiadat, hukum, kepercayaan, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, dan berbagai segi kehidupan yang pernah ada.
- Karya tulis masa lampau tercipta dari latar sosial dan budaya yang berbeda dengan latar sosial budaya masyarakat pembaca masa kini.
- Karya tulis berasal dari kurun waktu berpuluh tahun atau ratusan tahun yang lampau, saat ini telah mengalami kerusakan akibat proses penyalinan dalam waktu yang lama, ataupun akibat faktor bahan maupun cuaca. Sehingga semua itu mengakibatkan munculnya variasi.
- Kerusakan bacaan, kerusakan bahan, dan munculnya sejumlah variasi pada teksnya menuntut cara untuk mendekatinya.
- Karakteristik karya-karya tulis dengan kondisi yang demikian, menuntut pendekatan yang memadai dalam membaca dan menyiangi berbagai kesulitan yang ada. Untuk ini maka muncullah filologi.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa lahirnya filologi dilatarbelakangi oleh berbagai faktor berikut :
1. Munculnya informasi tentang masa lampau di dalam sejumlah karya tulisan.
2. Adanya anggapan bahwa nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tulisan masa lampau masih relevan dengan masa kini.
3. Kondisi fisik dan substansi materi informasi akibat rentang waktu yang panjang.
4. Faktor sosial budaya yang melatarbelakangi penciptaan karya-karya tulis masa lampau yang tidak ada lagi atau tidak sama dengan latar sosial budaya pembacanya masa kini.
5. Keperluan untuk mendapatkan hasil pemahaman yang akurat.
1. PENGERTIAN FILOLOGI.
A. Etimologi dan Terminologi.
Etimologi :
- Filologi berasal dari bahasa Yunani philologia, yang merupakan gabungan dari kata philos : teman, dan logos : pembicaraan atau ilmu.
- Dalam bahasa Yunini philologia memiliki tahapan perkembangan arti :
- Senang berbicara.
- Senang belajar.
- Senang kepada ilmu.
- Senang kepada tulisan-tulisan.
- Senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi, seperti karya sastra.
Terminologi :
- Istilah “filologi” mulai dipakai kira-kira abad ke-3 SM oleh sekelompok ahli dari Iskandariyah. Pencetusnya adalah Eratosthenes.
- waktu itu, mereka harus berhadapan dengan sejumlah peninggalan tulisan yang menyimpan suatu informasi dengan bentuk yang bermacam-macam, dimana pada fisiknya terdapat sejumlah bacaan yang rusak atau korup.
- Secara istilah Filologi adalah ilmu yang digunakan untuk mengkaji peninggalan tulisan yang berasal dari kurun waktu berpuluh tahun atau beratus tahun sebelumnya.
- Dalam istilah Arab, filologi dikenal sebagai tahqiq yaitu mengetahui hakekat (kebenaran sebenarnya) sebuah tulisan atau teks. Sedangkan orang yang melakukan pen-tahqiq-an sebuah teks disebut muhaqqiq.
- Tahqiq adalah penelitian cermat terhadap sebuah karya sastra atau teks yang mencakup hal-hal berikut :
1. Apakah benar sebuah karya sastra (yang sedang diteliti atau ditahqiq) merupakan karya asli pengarang sebagaimana yang disebut dalam judul buku.
2. Apakah isinya benar-benar sesuai dengan mazhab pengarang.
3. Mentahqiq dan mentakhrij semua ayat-ayat Al Quran dan Hadits dengan menyebut sumbernya dalam catatan kaki jika pada teks yang ditahqiq tidak disebutkan.
4. Memberi penjelasan hal-hal yang kurang jelas pada teks.
Batasan dan wilayah studi filologi.
- Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra, sastra dalam arti luas.
- wilayah dan jangkauan studi filologi adalah meliputi aspek kebahasaan, kesusastraan dan kebudayaan.
B. Macam-macam pengertian filologi dalam sejarah perkembangannya.
1. Filologi sebagai ilmu tentang Pengetahuan yang pernah ada.
- Karya tulis masa lampau mengandung informasi, pengetahuan dan berita masa lampau yang begitu luas dan mencakup berbagai segi kehidupan.
- Pengetahuan yang dipandang mampu mengangkat informasi yang luas dan menyeluruh dianggap sebagai “kunci pembuka pengetahuan“.
- Dari pandangan ini, pengkajian terhadap teks-teks peninggalan masa lampau disebut sebagai “pintu gerbang untuk mengungkapkan khazanah masa lampau”.
- Dalam konteks ini, Filologi memperoleh arti sebagai “ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang” seperti dikatakan oleh Philips August Boekh.
2. Filologi sebagai Ilmu Bahasa.
- Karya tulis masa lampau perlu dipahami dalam konteks masyarakat yang melahirkannya.
- Pengetahuan tentang berbagai konvensi yang hidup dalam masyarakat yang melatarbelakangi penciptaannya memiliki peran penting dalam memahami kandungan isinya.
- Lapis awal dari tulisan masa lampau adalah bahasa. Maka filolog pertama-tama harus memiliki bekal pengetahuan tentang bahasa yang dipakai dalam karya tulis masa lampau tersebut.
- Dengan demikian seorang filolog juga harus ahli bahasa.
- Dalam konep ini, Filologi dipandang sebagai “ilmu dan studi bahasa yang ilmiyah” seperti yang saat ini dilakukan linguistik. Dalam hal ini Linguistik Diakronis di Inggris, dan Fiqhullughah di Arab.
3. Filologi sebagai Ilmu Sastra tinggi.
- Karya tulis masa lampau yang didekati dengan filologi biasanya berupa karya sastra yang mempunyai nilai tinggi atau sastra adiluhung. Seperti karya Humerus.
- Dalam konteks ini, Filologi dipandang sebagai “studi sastra atau ilmu sastra”.
4. Filologi sebagai Studi Teks.
- Filologi : “Ilmu yang berhubungan dengan studi teks dalam rangka mengungkap hasil budaya yang tersimpan di dalamnya”. Pengertian ini dijumpai di Belanda.
- Di Perancis, pengertian Filologi adalah “studi suatu bahasa melalui dokumen tertulis dan studi mengenai teks lama beserta penurunan (transmisi)nya”.
- Studi teks ini didasari oleh adanya informasi tentang hasil budaya manusia pada masa lampau yang tersimpan di dalamnya.
- Hasil budaya manusia dimaksud bisa berupa : buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
- Dalam konteks ini, Filologi adalah suatu disiplin ilmu mengenai studi teks yang bertujuan mengungkap hasil budaya manusia di masa lampau yang terkandung di dalam karya tulian.
C. Dasar Kerja Filologi.
- Kerja filologi didasarkan pada prinsip bahwa teks berubah dalam penurunan (transmisi) nya, sehingga muncul teks yang bervariasi.
- Jadi, filologi bekerja karena adanya sejumlah variasi teks.
- Bentuk-bentuk variasi teks bermacam-macam, bisa berupa :
- Kesalahan dalam penyalinan.
- Teks tidak terbaca.
- Teks ada yang hilang atau berubah.
- Konvensi bahasa yang digunakan dalam teks yang tidak sesuai.
- Urutan cerita yang berlainan.
- Variasi teks muncul karena beberapa faktor :
- Manusia (penyalinan, perawatan, dan subyektifitas).
- Bahan (bahan tidak tahan lama).
- Cuaca.
- Variasi teks (kesalahan teks) yang disebabkan oleh faktor manusia ada dua macam, yaitu 1. Disengaja oleh penyalin, dan 2. Tidak disengaja oleh penyalin.
- Macam-macam variasi teks (penyimpangan teks) yang karena disegaja oleh penyalin :
1. Penggantian huruf yang mirip karena penulisan kurang jelas. Contoh : oblepsio dari Oblepsi.
2. Pertukaran letak suku kata, kata, atau bait (transposisi).
3. Penggantian kata yang sama maknanya (substitusi).
4. Perubahan ejaan.
5. Penularan kata (kontaminasi). Seperti : Atha berarti “laku” (Sanksekerta) dengan Hatta yang berarti “sampai, kemudian, sehingga” (Arab).
- Macam-macam variasi teks yang tanpa disengaja oleh penyalin :
1. Lakuna (beberapa bagian teks terlampaui). Hal ini mencakup :
a. Haplografi, yaitu melampaui huruf-huruf atau suku kata yang sama. Contoh : berdandan perak  berdan perak.
b. Saut du meme au meme, yaitu melampaui dari kata ke kata yang sama. Contoh : sehingga membuat  sehingga membuat – (ada ungkapan atau prase yang tertinggal) – sehingga membuat.
c. Litografi, yaitu terlampauinya satu baris, larik, atau bahkan bait.
2. Dittografi (adanya bagian yang berlebih dalam teks). Biasanya berupa :
a. ulang tulis huruf.
b. ulang tulis suku kata.
c. ulang tulis kata-kata yang sama. Contoh : Blambangangan  dr Blambangan.
- Dalam filologi, variasi teks dianggap sebuah kesalahan (korup) yang harus dibersihkan.
- Munculnya variasi teks menunjukkan bahwa penurunan atau penyalinan yang dilakukan oleh manusia menimbulkan bentuk penyalinan yang tidak setia.
D. Sasaran dan obyek kerja Filologi.
- Sasaran kerja filologi adalah naskah.
- Obyek kerja filologi adalah teks atau muatan naskah.
- Teks adalah tulisan yang memuat informasi yang terkandung dalam naskah.
E. Tujuan Filologi.
a. Tujuan Umum.
1. Mengungkap produk masa lampau melalui peninggalan tulisan.
2. Mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan pada masyarakat penerimanya, baik pada masa lampau maupun pada masa sekarang.
3. Mengungkap nilai-nilai budaya masa lampau.
b. Tujuan khusus.
1. Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan masa lampau.
2. Mengungkapkan sejarah perkembangan teks.
3. Mengungkapkan sambutan masyarakat terhadap suatu teks sepanjang penerimaannya.
4. Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk suntingan.
2. KEDUDUKAN FILOLOGI DI ANTARA ILMU-ILMU LAIN.
A. Ilmu Bantu Filologi.
1. Linguistik.
- Mempelajari bahasa naskah bukan merupakan tujuan filologi yang sesungguhnya.
- Karena bahasa naskah sudah berbeda dengan bahasa sehari-hari, maka sebelum sampai kepada tujuan yang sebenarnya seorang filolog harus terlebih dahulu mengkajinya. Untuk pengkajian bahasa naskah inilah diperlukan bantuan linguistik.
- Bantuan linguistik terhadap filologi terlihat sejak awal perkembangannya, dan bahkan studi bahasa sampai abad ke-19 dikenal dengan nama filologi.
- Ada beberapa cabang linguitik yang dipandang dapat membantu filologi, yaitu :
a. Etimilogi : Ilmu yang mempelajari asal usul dan sejarah kata.
- Ilmu tersebut telah lama menarik perhatian filolog.
- Hampir setiap pengkajian bahasa teks selalu ada yang bersifat etimologis.
- Etimologi diperlukan karena suatu bahasa seringkali memiliki bahasa serapan yang dalam sejarah perkembangannya mengalami perubahan arti.
- Untuk mengetahui perubahan bentuk dan makna kata diperlukan fonologi (mempelajari bunyi bahasa), morfologi (mempelajari pembentukan kata), dan semantik (mempelajari makna kata).
b. Sosiolinguistik : Ilmu yang mempelajari hubungan dan saling terpengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku masyarakat.
- Ilmu ini sangat bermanfaat di dalam menekuni bahasa teks, misalnya ada tidaknya ragam bahasa, alih kode, yang erat kaitannya dengan konvensi masyarakat pemakai bahasa.
- Kajian seperti ini diharapkan dapat membantu mengungkapkan keadaan sosiobudaya yang terkandung dalam naskah.
c. Stilistika : Ilmu yang mempelajari bahasa sastra, khususnya gaya bahasa.
- Ilmu ini diharapkan dapat membantu filologi dalam pencarian teks asli atau mendekati aslinya dan penentuan usia teks.
2. Pengetahuan bahasa-bahasa yang mempengaruhi bahasa teks.
- Bahasa seringkali terpengaruh oleh bahasa lain. Seperti bahasa Indonesia terpengaruh oleh bahassa Arab, Sansekerta, Inggris dll., Bahasa Arab terpengaruh oleh bahasa Yunani, Persi dll.
- Mengatahui bahasa bahasa yang mempengaruhi bahasa naskah sangat membantu filolog di dalam mengungkapkan informasi yang terkandung di dalam naskah.
- Bahasa-bahasa yang dapat membantu dalam penelitian nakah nusantara antara lain adalah :
a. Bahasa Sansekerta.
- Pengkajian naskah-naskah Jawa, khususnya Jawa Kuna, sangat dituntut pengetahuan bahasa Sansekerta.
- Dalam naskah Jawa Kuna pengaruh bahasa ini sangat besar, bisa berupa kosa kata dan frase, dan juga bisa berupa cuplikan-cuplikan yang kadang-kadang tanpa terjemahan.
- Pengaruh bahasa tersebut misalnya nampak pada kakawin Ramayana, Uttarada, Sang Hyang Kamahayanika.
- Dalam naskah Jawa Baru pengaruh bahasa tersebut sudah berbentuk kata serapan.
b. Bahasa Arab.
- Pengetahuan bahasa Arab diperlukan untuk pengkajian naskah-naskah yang terpengaruh oleh Islam, khususnya yang berisi ajaran Islam dan Tasawuf.
- Dalam naskah yang demikian banyak terlihat kata-kata, frase, kalimat, ungkapan, dan nukilan-nukilan dalam bahasa Arab, bahkan bagian teks tertentu, semisal pendahuluan, disusun dengan bahasa Arab.
- contoh naskah-naskah yang bersifat seperti itu antara lain :
- Syarabul ‘Asyiqin karya Hamzah Fansuri.
- Mir’atul Mu’minin karya Syamsuddin As-Sumatrani.
- Shiratal Mustaqim karya Nuruddin Arraniri.
- Daqaiqu Huruf karya Abdurrauf Assingkeli.
- Suluk Sukarsa.
- Suluk Wujil.
c. Pengetahuan bahasa-bahasa Daerah Nusantara.
- Kecuali bahasa asing yang besar pengaruhnya terhadap bahasa naskah Nusantara, diperlukan pula pengetahuan tentang bahasa daerah Nusantara.
- Hal itu diperlukan karena kadang kita direpotkan oleh bacaan yang ternyata bukan bahasa asing tetapi bahasa daerah.
- Disamping itu seringkali naskah yang kita temukan tidak diketahui asal usulnya, baik asal daerah, daerah penyalinannya maupun daerah penulisannya.
- Pengetahuan bahasa daerah diperlukan guna mengetahui karakteristik, konvensi, tanda baca, tanda vokal sebuah bahasa, dan sangat penting didalam penerjemahan teks-teks lama Nusantara.
3. Paleografi.
- Paleografi : Ilmu tentang macam-macam tulisan kuno.
- Ilmu ini mutlak diperlukan untuk penelitian tulisan-tulisan kuno atas batu, logam, atau bahan lainnya.
- Paleografi mempunyai 2 (dua) macam tujuan :
1. Menjabarkan tulisan kuno karena beberapa tulisan kuno sulit dibaca.
2. Menempatkan berbagai peninggalan tulisan dalam rangka perkembangan umum tulisan dan atas dasar untuk menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tertentu.
- Dalam Indonesian Paleography disebutkan macam tulisan yang digunakan di daratan Asia Tenggara, terutama Semenanjung Malaya, Muangthai Selatan, Kamboja, dan Vietnam selatan dapat dilacak asalnya dari prasasti raja-raja dinasti Palawa di India Selatan pada abad ke-4.
- Tulisan Palawa berpengaruh sampai ke Nusantara (Indonesia), dan bisa dibedakan menjadi dua yaitu Palawa awal dan Palawa lanjutan.
- Huruf Palawa awal menunjukkan ciri yang berhubungan dengan huruf India Selatan dan Sri Langka pada prasasti abad ke-3 sampai ke-4. Hal ini bisa dilihat pada :
- Prasasti Kutai di Kalimantan Timur.
- Prasasti Purnawarman di Taruna Jawa Barat.
- Huruf Palawa Lanjut dipakai pada prasasti abad ke-7 dan abad ke-8. Ini bisa dilihat pada :
- Prasasti Tuk Mas di Jawa Tengah.
- Prasasti permulaan kerajaan Sriwijaya dalam bahasa Melayu di Sumatra Selatan: dekat Palembang dekat Kedukan Bukit (th. 683), dan Talang Tuwo (th. 684).
- Prasasti Karang Brahi di hulu Jambi dan Prasasti Kota Kapur di pulau Bangka (th. 686).
- Tulisan Pra-Nagari yang berasal dari India Utara dipakai untuk menulis prasasti Budha dalam bahasa Sansekerta di Jawa Tengah pada abad ke-8. Ini terlihat pada :
- Prasasti Kalasan dan Prasati Kelurak (th. 782).
- Tulisan Kawi (Jawa Kuna) merupakan kelanjutan tulisan Palawa. Diketahui kira-kira pertengahan abad ke-8, dan dipakai sampai abad ke-13. Ini terlihat pada :
- Prasasti Dinoyo di Jawa Timur (th. 760).
- Prasasti-prasasti di Jawa Timur, Bali, Sunda dan Sumatra.
- Tulisan Jawa Periode Majapahit (Jawa Tengahan) abad ke-13 sampai abad ke-15.
- Yang dekat dengan tulisan tersebut adalah tulisan-tulisan di Bali, Madura, dan Sumbawa.
- Tulisan Jawa Modern, setelah era Majapahit mulai akhir abad ke-16 sampai sekarang yang hanya mengalami sedikit perubahan.
- Tulisan Arab, baik Arab Arab maupun Arab Melayu. Sudah dikenal mulai abad ke-13 dan berkembang dengan pesat setelah abad ke-15.
- Tulisan Arab pertama yang ditemukan ada di prasasti Leren (th. 1082) di Jawa Timur, yaitu batu Nisan anak perempuan Maimun.
- Tulisan Arab yang terkenal paling tua adalah batu nisan Sultan Malikus Saleh (th. 1297) yang didatangkan dari Persia.
- Tulisan Arab banyak digunakan untuk Arab Arab, Arab Melayu dan Arab Jawa (pegon) sejak abad ke-12 dan berkembang pesat abad ke-15 sampai sekarang.
- Paleografi memberi sumbangan besar terhadap filologi khususnya Kodikologi.
4. Ilmu Sastra.
- Banyak naskah Nusantara yang mengandung teks sastrawi, yaitu teks yang berisi cerita rekaan (fiksi). Sebagai contoh :
- Teks-teks Melayu yang berisi :
- Cerita Pelipur lara. - Cerita Panji.
- Cerita Jenaka. - Cerita Wayang.
- Cerita Berbingkai. - Cerita Pahlawan Islam, dll.
- Filologi memerlukan metode-metode pendekatan yang sesuai dengan sifat obyeknya, di antaranya adalah pendekatan ilmu sastra.
- Diantara pendekatan ilmu sastra adalah :
a. Pendekatan Ekstrinsik : yaitu pendekatan yang menerangkan karya sastra lewat latar belakangnya, keadaan sekitarnya, dan sebab-sebab luarnya. Ini mencakup :
1. Pendekatan Mimetik : menonjolkan aspek-aspek referensial, acuan karya sastra, kaitannya dengan dunia nyata.
2. Pedekatan Pragmatik : menonjolkan pengaruh karya sastra terhadap pembaca atau pendengarnya.
3. Pendekatan Ekspresif : menonjolkan penulis karya sastra sebagai penciptanya.
b. Pendekatan Instrinsik : yaitu pendekatan yang berusaha menafsirkan dan menganalisis karya sastra dengan teknik dan metode yang diarahkan kepada dan berasal dari karya itu sendiri. Ini mencakup :
1. Pendekatan Obyektif : menonjolkan karya sastra sebagai struktur otonom, lepas dari latar belakang sejarahnya dan dari diri dan niat penulisnya.
- Karya sastra mempunyai unsur-unsur antara lain :
- Alur.
- Latar.
- Pusat pengisahan (tokoh).
- Tema.
- Gaya.
- Semua unsur tersebut terjalin menjadi satu kesatuan organis yang disebut struktur karya sastra.
2. pendekatan struktural : yaitu pendekatan yang membahas kaitan antara unsur-unsur yang ada dalam karya sastra tersebut di atas.
- Pendekatan-pendekatan yang lain adalah :
1. Pendekatan Reseptif : Yaitu suatu pendekatan yang menitikberatkan kepada tanggapan atau penikmat sastra, bukan tanggapan perseorangan tetapi tanggapan kelompok masyarakat atau masyarakat.
- Tiga bentuk resepsi yang khas adalah penyalinan, penyaduran dan penerjemahan.
2. Pendekatan Sosiologis (sosiologi sastra) : yaitu pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Hal-hal yang dipermasalahkan antara lain :
a. Konteks sosial pengarang : Bagaimana pengarang mendapatkan naskah, profesionalisme pengarang, masyarakat yang dituju pengarang.
b. Sastra sebagai cermin masyarakat.
c. Fungsi sastra dalam masyarakat.
3. Pendekatan Semiotik : Mempelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda mempunyai makna.
- Dalam bidang kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai wujud penggunaan bahasa yang bergantung pada konvensi-konvensi tambahan dan penelitian ciri-ciri yang menyebabkan bermacam (modus) wacana mempunyai makna.
5. Agama Hindu, Budha dan Islam.
- Melalui katalog dan berbagai karya ilmiyah dapat diketahui bahwa naskah-naskah Nusantara banyak diwarnai oleh pengaruh agama Hindu, Budha dan Islam.
- Brahmandapurana dan Agastyaparwa berisi ajaran agama Hindu.
- Sang Yang Kamahayanikan dan Kunjarakarna untuk agama Budha.
- Karya-karya Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nurudin Arraniri dan Abdurrauf Singkeli berisi ajaran-ajaran agama Islam.
- Ada sejumlah 5000 naskah melayu yang sudah berhasil dicatat dari berbagai perpustakaan dan museum dari berbagai negara, yang terdidiri dari 800 judul, 300 judul diantaranya berupa karya dalam bidang ketuhanan.
- Dengan demikian, pengetahuan tentang agama Hindu, Budha dan Islam sangat duibutuhkan didalam menangani berbagai naskah tersebut, khususnya naskah-naskah keagamaan.
6. Sejarah Kebudayaan.
- Disamping pengaruh keagamaan Hindu, Budha dan Islam, naskah-naskah Nusantara juga dipengaruhi oleh sastra klasik India, Arab dan Persia.
- Ramayana dan Mahabarata, Hikayat Sri Rama, Hikayat Sang Boma dan Hikayat Pandawa Lima dipengaruhi budaya India.
- Hikayat Seribu Satu malam. Serat Ambiya’, hikayat Nur Muhammad, Hikayat Ibrahim Ibnu Adam dan Hikayat Seribu Masalah dipengaruhi sastra klasik Islam, Persi dan Arab.
- Untuk pendekatan historis terhadap karya-karya tersebut diperlukan pengetahuan tentang sejarah kebudayaan, dalam hal ini Hindu dan Islam.
- Masih banyak naskah-naskah lain yang dipengaruhi sastra Hindu dan Islam.
7. Antropologi.
- Antropologi adalah Ilmu yang berobyek penyelidikan manusia dipandang dari segi fisiknya, masyarakatnya dan kebudayaannya.
- Penggarapan naskah tidak bisa dilepaskan dari konteks masyarakat dan budaya yang melahirkannya.
- Masalah yang erat kaitannya dengan antropologi misalnya adalah sikap masyarakat terhadap naskah yang dimilikinya, apakah naskah itu dipandang sebagai benda keramat atau benda biasa.
- Pengeramatan atau penghormatan terhadap naskah sering dilakukan oleh masyarakat tetentu. Terbukti dengan adanya istilah mutrani bagi penyalinan naskah.
- Hikayat nabi bercukur yang dianggap bisa menghilangkan dosa jika dibaca sampai selesai.
- Semua itu sangat membantu di dalam mengetahui fungsi naskah, sambutan masyarakat dan sejarah perkembangannya.
8. Folklor.
- Yaitu merupakan rangkuman unsur-unsur budaya. Ini ada 2 golongan:
1. Yang materinya bersifat lisan, seperti : mitologi, legenda, cerita asal usul (dunia, nama tempat, binatang, tanaman dsb.), cerita pelipur lara, dongeng, mantera, tahayul, teka teki, peribahasa, drama tradisional.
2. Yang materinya berupa upacara-upacara, seperti : upacara yang mengiringi kelahiran, kematian, dan perkawinan.
- Yang terkait erat dengan filologi adalah golongan pertama.
- Unsur-unsur folklor nampak jelas pada teks-teks jenis sejarah. Seperti naskah Babad Tanah Jawi yang mengandung mitologi Hindu, Legenda Watu Gong ( dalam epiode yang menceritakan silsilah raja-raja Jawa ), mite Nyai Rara Kidul.
B. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu-Ilmu Lain.
- Obyek filologi adalah teks atau naskah lama, sedangkan hasil kegiatannya adalah suntingan naskah.
- Suntingan naskah, menurut metode yang digunakan, ada beberapa macam, misalnya suntingan dipliomatis, fotografis, populer, kritis atau ilmiyah.
- Suntingan naskah biasanya disertai dengan catatan yang berupa : aparat kritik, kajian bahasa naskah, singkatan isi naskah, bahasa teks, dan terjemahan teks ke dalam bahasa tertentu.
- Pengertian penyajian teks seperti itu, filologi bertindak sebagai ilmu bantu bagi ilmu-ilmu yang menggunakan naskah lama sebagai obyek penelitiannya.
- Mengingat bahwa kandungan naskah lama beraneka ragam, maka filologi akan membantu berbagai macam ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah :
1. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Linguistik.
- Untuk penelitian linguistik diaronik, ahli lingustik memerlukan suntingan teks-teks lama hasil kerja filologi yang diantaranya berisi kajian bahasa teks lama.
- Pada umumnya ahli linguistik mempercayakan pembacaan teks-teks lama kepada ahli filologi atau ahli epigrafi.
- Dari kerja mereka ahli linguistik menggali dan menganalisa seluk beluk bahasa-bahasa tulis yang pada umumnya telah berbeda dengan bahasa-bahasa sehari-hari.
- Hasil kajian linguistik ini kelak juga dimanfaatkan oleh para penggarap naskah lama. Dan di sini ada hubungan timbal balik antara filologi dan linguistik.
2. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra.
- Filologi pernah dipandang sebagai ilmu sastra karena banyaknya jumlah teks sastra dan kecenderungan untuk menanganimya.
- Bantuan filologi kepada ilmu sastra terutama berupa penyediaan suntingan naskah lama yang mungkin bisa dimanfaatkan di dalam penyusunan sejarah sastra atau teori sastra.
- Ilmu sastra akan betul-betul bersifat umum hanya apabila data untuk penyusunan teori-teorinya didasarkan juga pada sastra lama, bukan hanya pada sastra baru. Karena konvensi sastra baru belum tentu sama dengan sastra lama.
- Hasil-hasil kajian terhadap teks-teks sastra lama akan sangat berguna di dalam penyusunan teori-teori ilmu sastra yang bersifat umum.
3. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Sejarah Kebudayaan.
- Di antara kegiatan filologi adalah mengumpulkan naskah-naskah lama, memelihara dan menyuntingnya.
- Oleh karenanya filologi banyak mengungkap khazanah ruhaniyah warisan nenek moyang, seperti : kepercayaan, adat istiadat, kesenian dan lainnya.
- Lewat pembacaan naskah lama, banyak kita jumpai istilah-istilah untuk unsur-unsur budaya dalam bidang musik, takaran, timbangan, ukuran, mata uang dan sebagainya.
- Semua itu merupakan bahan yang sangat berguna di dalam penysunan sejarah kebudayaan.
4. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sejarah.
- Banyak naskah kuno yang dipandang berisi teks sejarah seperti Negara Kertagama, Paranton (Jawa Kono), Babad Tanah Jawi, Babad Diponegoro (Jawa Baru), Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Hikayat Banjar (Melayu).
- Suntingan terhadap naskah-naskah tersebut secara filologis dapat dimanfaatkan sebagai sumber sejarah. Karena teks-teks itu bisa memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa dan kehidupan masyarakat yang terjadi pada masa teks itu di tulis.
- Teks-teks semacam itu bisa melengkapi sumber-sumber sejarah lain yang terdapat didalam batu nisan, prasasti, dan candi.
5. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Hukum Adat.
- Banyak naskah Nusantara yang merekam adat istiadat atau hukum adat. Di masyarakat Melayu dikenal “undang-undang” dan di masyarakat Jawa di kenal “angger-angger”.
- Sebagai contoh di Melayu : Undang-Undang Negeri Malaka (yang dikenal juga sebagai Risalah Hukum Kanun atau Hukum Kanon), Undang-Undang Minangkabau. Di Jawa : Raja Niti Paniti Raja, Kapa-Kapa, Surya Ngalam, Nawala Angger Sadasa.
- Suntingan terhadap teks-teks semacam itu akan sangat berguna bagi ilmu hukum adat.
6. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Sejarah Perkembangan Agama.
- Banyak naskah Nusantara yang mengandung teks-teks keagamaan baik Hindu, Budha, dan Islam.
- Naskah-naskah Jawa Kuno banyak dipengaruhi oleh agama Hindu Budha, sedangkan naskah Melayu dan Jawa Baru banyak dipengaruhi oleh agama Islam.
- Suntingan naskah yang mengandung teks keagamaan akan menyediakan bahan dan membantu di dalam penulisan tentang sejarah agama.
- Melalui teks-teks semacam itu akan diperoleh gambaran mengenai : perwujudan penghayatan agama, percampuran agama Hindu, Budha, dan Islam dengan kepercayaan-kepercayaan yang hidup di masyarakat, dan permasalahan aliran-aliran agama yang masuk ke Nusantara.
7. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Filsafat.
- Filsafat adalah cara berfikir menurut logika dengan bebas, sedalam-dalamnya hingga sampai ke pokok persoalan.
- Di tinjau dari obyeknya, filsafat dapat dibagi menjadi beberapa cabang : metafisika (ontologi), epistemologi, logika, etika, dan estetika. Ada juga yang membaginya menjadi : filsafat manusia, filsafat alam, dan filsafat ilmu pengetahuan.
- banyak nasakah-naskah yang berisi renungan-renuangan falsafati yang memiliki kaitan erat dengan seni dan agama : yaitu estetika, etika, dan metafisika.
- lapis metafisika, menurut Roman Ingarden, merupakan suatu lapis perenungan falsafati dalam suatu karya sastra.
- banyak naskah-naskah Nusantara yang berisi renungan-renungan falsafati yang telah disunting dan dapat dimanfaatjkan oleh para ahli filsafat, seperti : Sang Hyang Kamahayanika, Ramayana Kakawin, Arjuna Wiwaha, Bomakauya (Jawa Kuna), Hikayat Sri Rama, Hikayat Banjar, Tajussalatin, Hikayat Perang Sabil.
SEJARAH PERKEMBANGAN FILOLOGI.
1. Latar Belakang Munculnya Kegiatan Filologi.
- kebudayaan Yunani lama merupakan salah satu dasar pemikiran yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Barat pada umumnya.
- dalam segala bidang kehidupan dapat dirasakan unsur-unsur yang berakar pada kebudayaan Yunani lama, yang aspek-aspeknya tersimpan dalam naskah-naskah milik bangsa itu.
- naskah-naskah tersebut memerlukan pengkajian dan penelaahan sehingga mampu diungkapkan berbagai aspek pengetahuan yang terkandung di dalamnya.
- salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mampu membuka dan menyajikan aspek-aspek itu adalah Filologi.
- filologi Yunani lama merupakan ilmu yang penting untuk menyajikan kebudayaan Yunani lama, yang hingga abad ini tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai sumber dari segala ilmu pengetahuan.
- dalam dunia ilmu pengetahuan, seperti filsafat, matematika, fisika, logika, bahasa, dan lainnya, banyak dinukil pendapat para ilmuwan Yunani kuno untuk menjelaskan konsep mereka.
- dalam sejarahnya, ilmu filologi tumbuh dan berkembang di kawasan kerajaan Yunani, yaitu kota Iskandariyah di benua Afrika pantai utara. Dari kota ini filologi berkembang dan meluas ke berbagai daerah seperti Eropa Daratan, Timur Tengah, dan Asia.
2. Awal Pertumbuhan Fililogi.
- awal kegiatan filologi dilakukan oleh bangsa Yunani di kota Iskandariyah pada abad ke-3 SM.
- bangsa Yunani berhasil membaca naskah-naskah Yunani lama yang ditulis kira-kira pada abad ke-8 SM dalam huruf Yunani kuno yang berasal dari huruf Funisia.
- para ilmuwan Yunani di kota Iskandariyah pada abad ke-3 SM. melakukan telaah terhadap naskah-naskah peninggalan masa Yunani kuno, yang mereka lakukan di pusat studi seperti perpustakaan, museum yang banyak menyimpan naskah-naskah yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan.
- para ilmuwan yang mengkaji naskah-naskah tersebut kemudian dikenal sebagai ahli filologi, dan yang pertama memakai nama itu adalah Erathostenes.
- naskah-naskah yang dikaji di antaranya berisi tentang ilmu filsafat, kedokteran, perbintangan, hukum, ilmu sastra dan karya sastra.
- mereka mengenali hurufnya, bahasanya, dan ilmu yang dikandungannya, kemudian setelah dapat membaca dan memahami isinnya, mereka lalu menulisnya kembali ke dalam huruf dan bahasa yang digunakan pada waktu itu.
- metode filologi tahap awal yang mereka gunakan adalah dengan cara memperbaiki huruf dan bacaan, ejaan, bahasanya, tata tulisnya, kemudian menyuntingnya dalam keadaan yang mudah dibaca, bersih dari kesalahan, dan menggunakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat pada waktu itu, sehingga mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat pada waktu itu.
- bahan naskah yang ditelaah pada masa masa awal pertumbuhan filologi ini diantaranya karya Homerus, Plato, dan Herodotus.
- naskah-naskah pada masa Yunani ditulis pada daun papyrus dalam bentuk gulungan tanpa nomor halaman.
- dengan adanya telaah nasakah secara filologis tersebut, kota Iskandariyah semakin ramai dan banyak ilmuwan yang berminat dalam bidang ini sampai jatuhnya Iskandariyah ke tangan bangsa Romawi pada abad ke-1 M.
3. Filologi di Romawi Barat dan Romawi Timur.
a. Filologi di Romawi Barat.
- setelah jatuhnya Iskandariyah ke tangan bangsa Romawi, kegiatan filologi berpindah ke Eropa selatan, berpusat di kota Roma dan melanjutkan tradisi kegiatan filologi Yunani atau meneruskan kegiatan madzhab Iskandariyah.
- kegiatan filologi di Romawi Barat penggarapannya diarahkan kepada naskah-naskah latin yang sudah digarap secara filologis sejak abad ke-3 SM.
- naskah-naskah yang digarap diantaranya berupa puisi dan prosa karya Cicerro dan Varro.
- naskah-naskah Yunani banyak dikembangkan sebagai alat kristenisasi, dan banyak naskah-naskah keagamaan yang ditelaah secara filologi yang dilakukan oleh para pendeta.
- seiring semakin berkembangnya ilmu pengetahuan di Roma kemudia naskah-naskah Yunani lama kelamaan ditinggalkan.
- sejak abad ke-4 teks sudah ditulis pada kulit binatang yang dikenal sebagai perkamen (perkament atau perchment) dalam bentuk naskah (codex) dengan menggunakan halaman sehingga mudah dibaca dan dipahami.
b. Filologi di Romawi Timur.
- kegiatan filologi di Romawi Timur mulai muncul ketika kegiatan telaah teks Yunani di Romawi Barat mulai mundur.
- di Romawi Timur muncul pusat-pusat studi teks Yunani seperti di Antioch, Athena, Iskandariyah, Beirut, Konstantinopel, dan Gaza, yang masing-masing merupakan pusat studi dalam bidang tertentu.
- Iskandariyah sebagai pusat studi filsafat Aristoteles, Beirut pada bidang hukum, yang kemudian masing-masing tempat berkembang menjadi perguruan tinggi, dan banyak menghasilkan ahli-ahli dalam bidang pemerintahan, administrasi, dan pendidikan.
- pada era ini mulai muncul kebiasaan menulis tafsir terhadap isi naskah pada tepi halaman yang disebut scholia, yang diantaranya dilakukan oleh Procopius dari Gaza.
4. Filologi di kawasan Timur Tengah.
- negara-negara Yimur Tengah mendapat ide-ide pengetahuannya didapat dari Yunani lama, yang sejak zaman Iskandar Zulkarnain telah menanamkan kebudayaan di Mesir, Siria, dan di beberapa tempat lain.
- sejak abad ke-4 di Timur Tengah telah ada beberapa perguruan tinggi sebagai pusat studi ilmu pegetahuan yang berasal dari Yunani, seperti :
- Gaza sebagai pusat studi ilmu oratori.
- Beirut sebagai pusat studi hukum.
- Edessa sebagai pusat studi kebudayaan Yunani, demikian juga di Antioch.
- pada abad ke-5 kaisar Anusirwan mendirikan akademi Jundisapur di Persia, sebagai pusat studi filsafat dan kedokteran.
- banyak buku-buku Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Siria kemudian ke bahasa Arab.
- pada masa dinasti Abbasiyah studi naskah berkembang pesat pada masa khalifah Al-Mansur (754-775), Harun Al-Rasyid (786-809), dan mencapai puncaknya pada masa Al-Makmun (809-833).
- dengan Bait al-Hikmah sbagai pusat studi ilmu pengetahuan, banyak naskah-naskah Yunani dan Siria diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kemudian dikembangkan oleh para ilmuwan Arab.
- diantara penerjemah kenamaan adalah Qusta bin Luqa’, Hunain bin Ishaq, dan Hubaisyi yang ketiganya beragama Nasrani, dan yang paling terkenal dan mahir adalah Hunain.
- Hunain rajin mencari naskah Yunani sampai ke Mesir, Siria, Palestina, dan Mesopotamia, kemudian menyusin daftar naskah-naskah yang ditemukan itu ke dalam bahasa Arab dan Siria.
- di samping mengkaji naskah-naskah Yunani, paara ilmuwan juga mengkaji naskah-naskah karya ilmuwan Arab sebelumnya, seperti karya umru al-Qais, Hamad al Rawiyah, Abu Ubaidah, al-Muqaffa’ dan lainnya.
- meluasnya kekuasaan dinasti Umayyah ke Andalusia Spanyol pada abad ke-8 sampai abad ke-15 telah menjadikan beberapa kota seperti Andalusia dan Cordova sebagai pusat studi berbagai ilmu pengetahuan.
- orang-orang Barat banyak yang belajar di Timur Tengah dan Andalusia, sehingga banyak karya-karya ilmuwan Muslim seperti karya Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Ghozali, Ibnu Rusyd, dan lainnya di dipelajari dan diserap ke Eropa. Filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani berubah menjadi berbaju Islam.
- pada abad ke-13 para orientalis seperti Albertus Magnus, Roger Bacon, Raymon Lull, dan Paus Clement mempelajari bahasa Arab, Persia, dan Ibrani untuk mempelajari Fisafat Yunani dan ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan oleh ilmuwan Arab.
- pada abad ke-17 teks-teks klasik Arab dan Persia banyak dipelajari di Eropa, terutama di Cambridge dan Oxford.
- pada abad ke-18 Syleverter de Sacy, di Paris, mendidirikan pusat studi kebudayaan ketimuran yang mempelajari teks-teks Arab klasik.
5. Filologi di zaman Renaisans.
- renaisans dimulai di Italia pada abad ke-13, kemudian menyebar ke berbagai negara di Eropa lain dan berakhir pada abad ke-16.
- Renaisans, dalam arti sempit, berarti “periode yang di dalamnya kebudayaan klasik diambil kembali sebagai pedoman hidup”, dan dalam arti luas berarti “periode yang didalamnya rakyat cenderung kepada dunia Yunani klasik atau kepada aliran humanisme”.
- gerakan ini bermula dari kalangan sarjana dan seniman, kemudian meningkat menjadi perubahan cara berfikir di kalangan umat beradab.
- renaisans telah mendorong terhadap penelaahan teks-teks Yunani klasik dan juga teks-teks Arab mulai dari filsafat, ilmu keagamaan, sastra, hukum, sejarah, bahasa, dan kesenian, sehingga banyak naskah-naskah Yunani klasik yang diterjemahkan ke bahasa Latin.
- penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15 menuntut tersedianya naskah-naskah yang siap cetak dari hasil kerja filologi.
6. Filologi di kawasan Asia.
a. Filologi di India.
- India merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang memiliki peradaban tinggi di samping China dan Jepang.
- sejak abad sebelum Masehi India telah mengenal huruf dan memiliki kebudayaan tinggi yang ditulis dalam bentuk naskah yang memberi informasi mengenai kehidupan mereka.
- dalam sejarahnya, bangsa India telah menjalin hubungan dengan berbagai negara seperti Yunani, China, Persia, dan negara-negara lain.
- pada abad ke-3 SM Iskandar Dzulkarnain pernah berkunjung ke India, maka wajar apabila kemudian ada beberapa kebudayaan India yang terpengaruh oleh budaya Yunani.
- pada abad ke-1 M India melakukan kontak dengan China dan ada beberapa pendeta Budha yang berdakwah ke China, dan sebaliknya ada beberapa musafir China seperti Fa-hian (399 M), Hiuen-tsing (630-645), dan I-tsing (671-695) yang berziarah ke tempat-tempat suci di India. Mereka menerjemahan naskah-naskah India ke dalam bahasa China.
- India juga menjalin hubungan dengan Persia, yang dibuktikan dengan diterjemahkannya karya sastra India Pancatantra ke dalam bahasa Persia atas perintah kaisar Anusirwan pada abad ke-6 M.
- Pancatantra versi Persi ini kemudian diterjemahkan oleh Abdullah ibnu al Muqaffa’ ke dalam bahasa Arab dengan judul Kalilah wa Dimnah.
- Al Biruni, seorang musafir Arab Persi, pernah mengunjungi India pada tahun 1030, dan menulis berbagai aspekkebudayaan India seperti filsafat, kesusastraan, tata bahasa, dan kedokteran.
1. Naskah-naskah India.
- terdapat naskah-naskah sastra keagamaan seperti Weda, kitab suci agama Hindu, yang terdiri dari 4 bagian yaitu Regweda, Yajurweda, dan Samaweda yang ditulis + abad ke-6 SM. Kitab ini berisi kepercayaan kepada dewa, ritual, dan mantra-mantra.
- kitab-kitab lain adalah :
- kitab Brahmana : berisi cerita tentang penciptaan dunia dan isinya, cerita para dewa, dan cerita persajian.
- kitab Aranyaka : berisi tentang petunjuk dalam pertapaan.
- kitab Upanisad : berisi tentang masalah filsafat yang memikirkan rahasia dunia.
- di India juga terdapat kitab wiracarita seperti : Mahabarata dan Ramayana, harsacarita, Budhacarita, Pancatantra, dan kitab-kitab lain yang berisi ilmu pengetahuan, filsafat, kedokteran, bahasa, hukum, dan politik.
2. Telaah Filologi terhadap naskah-naskah India.
- telaah filologi terhadap naskah-naskah India baru dimulai pada abad ke-17 setelah datangnya bangsa Barat, dengan ditemukannya jalan laut oleh Vasco de Gama pada tahun 1498.
- pada tahun 1651, Abraham Roger – seorang Belanda penyiar agama Nasrani – mempublikasikan hasil kajian filologi terhadap kitab Weda yang diberi judul Open Door to Hidden Heathendom.
- dua orang ilmuwan Perancis, Bermier (1671) dan Tefemier (1677) menerbitkan karangan mengenai geografi, politik, adat istiadat, serta kepercayaan bangsa India.
- Hanxleden – seorang pendeta berbangsa Jerman – telah menulis tata bahasa Sanksekerta dalam bahasa Latin, dan tulisannya ini kemudian diterbitkan oleh Fra Paolo Bartolomeo – seorang berbangsa Austria – di Roma pada tahun 1790.
- bangsa Inggris memulai kegiatan filologi di India pada abad ke-18 yang diawali oleh gubernur Waren Hastings yang menyusun hukum berdasarkan naskah-naskah lama India, dan diterbitkan pada tahun 1776 di London.
- pada tahun 1784 para orientalis Inggris – Sir Charles Wikins, Sir Williams Jones, dan Henry Thomas Colebrooke – mendirikan The Asia Society – sebuah wadah bagi kegiatan filologi – di Bengal, kemudian di Calcuta oleh Sir Williams Jones.
- di antara hasil kegiatan filologi di India adalah :
- Wikins menerjemahkan Bhagawatgita dengan judul Song of the Adorable (1785), dan Hitpadesa (1787) ke dalam bahasa Inggris, dan menyusun tatabahasa Sanksekerta (1808).
- Sir Williams Jones menerjemahkan Sakuntala dan Gitagowinda (1794).
- Colebrooke – peletak dasar filologi di India – menerbitkan kamus bahasa Sanksekerta, dan menulis berbagai buku dalam bidang hukum, filsafat, agama, tatabahasa, astronomi, dan ilmu hitung.
- Panini menyusun tatabahasa Sanksekerta dan menyusun koleksi naskah-naskan Sanksekerta.
- pada abad ke-19 Alexander Hamilton (Inggris) dan Friedrich Schlegel (Jerman) dianggap sebagai orang yang telah memajukan studi naskah-naskah Sanksekerta di Eropa.
- pada tahun 1808 Friedrich mendirikan lembaga filologi India di Jerman dan menulis buku On the Language and Wisdom of the Indian.
- August Wilhelm von Schlegel – kakak Friedrich – adalah orang yang pertama tama memberi kuliah bahasa sanksekerta di Bonn, Jerman Barat.
- Frans Bopp menulis dalam bukunya – yang berjudul On the Conjugstional System of the Sanskrit Language in Comparisaon with the Greek, Latin, Persian, Germanic Language – bahwa bahasa Sanksekerta memiliki kaonjuasi seperti bahasa Yunani, Jerman, Latin, dan Persia.
- Kajia filologi terhadap naskah-naskah India terus berlanjut sampai abad ke-19 dan masa-masa sesudahnya.
b. Filologi di Kawasan Nusantara.
1. Naskah Nusantara dan para pedagang Barat.
- Nusantara termasuk negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki kebudayaan tinggi dan memiliki naskah-naskah warisan nenek moyang.
- kajian naskah-naskah Nusantara muncul sejak kedatangan bangsa Barat di Nusantara pada abad ke-16.
- naskah-naskah Nusantara yang bernilai tinggi dikenal pertama kali dan diperdagangkan oleh para pedagang di kalangan para ilmuwan Eropa, sehingga tersebar di berbagai perpustakaan di Barat.
- di antara para pedagang naskah Nusantara adalah : Peter Florish atau Pieter Willems van Elbinck yang menjual kepada Thomas Erpenius.
- sedangkan para penerima atau penadah naskah dari para pedagang adalah Thomas Erpenius, Edward Pococke, dan Frederick de Houtman.
2. Telaah Naskah Nusantara oleh para Penginjil.
- telaah naskah Nusantara pertama kali dilakukan oleh para penginjil pada abad ke-17.
- diantara mereka adalah :
- Dr. Melchior Leijdecker (1645-1701 di Maluku), penerjemah Bibel ke dalam bahasa Melayu dan pengkaji naskah-naskah Nusantara.
- Petrus van de Vorm (1664-1731 di Maluku dan Batavia), penerus Leijdecker.
- Francois Valentijn (1666-1727), penulis dan pengkaji berbagai aspek kebudayaan Nusantara.
- G.H. Werndly, penyusun daftar naskah Melayu dan penulis buku Maleische Spraakkunst (1736).
- pada zaman VOC penyebaran Al Kitab dan pengkajian naskah Nusantara dilakukan oleh para penginjil anggota Zending dan Bybelgenootschap (NBG).
- di antara mereka adalah :
- G. Bruckner (di Semarang), penerjemah al Kitab ke dalam bahasa Jawa dan pengkaji naskah-naskah Jawa, dan penulis tata bahasa Jawa yang berjudul Proeve eener Javanaasche Spraakkunst.
- J.V.C. Gericke (tiba th. 1824 di Jawa), pengkaji naskah-naskah dan bahasa Jawa.
- A.H. Handeland (Dayak), H.N. van der Tuuk (Batak dan Bali), B.F. Matthes (Bugis dan Makasar), G.J. Grashuis, D. Koorders, dan S. Coolsma (Sunda), L.E. Denninger (Nias). Mereka ini memeliti naskah-naskah Nusantara secara filologis.
3. Kegiatan Filologi terhadap Naskah Nusantara.
- kegiatan filologi terhadap naskah Nusantara yang dilakukan para penginjil pada mulanya hanya untuk tujuan mengenal bahasa Nusantara demi kepentingan penyiaran dan penerjemahan al Kitab.
- dalam perkembangannya para filolog berminat mengkaji naskah untuk memahami kandungan isinya, dan disuntingnya dalam bentuk terjemahan.
- minat pengkajian naskah Nusantara tidak hanya terbatas pada orang-orang Belanda, tetapi juga di kalangan orang-orang Barat lainnya seperti dari Inggris, Jerman, dan dari Nusantara sendiri.
- kajian ahli filologi terhadap naskah-naskah Nusantara bertujuan untuk menyunting, membahas serta manganalisis isinya, atau kedua-duanya.
- di antara para ahli filologi itu adalah :
- Taco Roorda dan Roorda van Eysinga (Belanda), guru besar bahasa Melayu, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa Hindia Belanda.
- John Leyden, J. Logan, W. Marsden, Thomas Stanford Raffles, J. Crafurd, R.J. Wilkinson, R.O. Winstedt, dan Shellebear (Inggris).
- Hans Overbeck (Jerman).
- kajian ahli filologi terhadap naskah-naskah Nusantara bertujuan untuk menyunting, membahas atau menganalisis isinya, atau kedua-duanya.
- tahap perkembangan kajian filologi di Nusantara adalah sebagai berikut :
1. Pada tahap awal, kajian filologi terutama untuk tujuan penyuntingan. Dan hasilnya berupa penyajian teks dalam huruf aslinya (huruf Jawa, huruf pegon, dan huruf Jawi) dengan disertai pengantar atau pendahuluan singkat tanpa analisis terhadap isinya. Metode yang digunakan adalah diplomatik dan intuitif.
2. Dalam perkembangan selanjutnya, naskah disunting dalam bentuk transliterasi dalam huruf latin.
3. Suntingan naskah dengan disertai terjemahannya dalam bahasa asing (Inggris, Belanda).
4. Suntingan naskah dengan menggunakan metode kritik teks (abad ke-20), dan disertai terjemahan nya dalam bahasa asing (Inggris, Belanda, Jerman). Hasil suntingannya lebih mantap dari pada suntingan-suntingan sebelumnya.
5. Suntingan ulang naskah-naskah yang pernah dikaji sebelumnya, dengan menggunakan berbagai metode ilmiyah dengan tujuan untuk menyempurnakan.
- contoh suntingan naskah fililogis tahap awal (1) adalah :
1. Ramayana dan Kakawin (H. Kern, 1900).
2. Syair Bidasari (van Houvel, 1843).
3. Geschiedenis van Sri Rama (Roorda van Eysinga, 1843).
4. Een Javansche geschrift uit de 16nd eeuw (G.H. Gunning).
- contoh suntingan naskah filologis tahap kedua (2) adalah :
1. Wretta Sanjaya (1849), Arjuna Wiwaha (1850), Bomakarya (1850) oleh R. Th. Feiderich, 1849).
2. Brata Joeda (Cohen Stuart, 1850).
3. Mahabarata dengan judul Adiparwa, Oud-Javansche prozagenschrifrt (H.I. Juinboll, 1906).
4. Drie Boeken van het Oud-Javansche Mahabarata in Kawi Teks en Nederlandsche vertaling (1893).
- contoh suntingan naskah filologis tahap ketiga (3) adalah :
1. Sang Hyang Kamahayanika, Oud-Javansche Teks met inleiding, vertaling en aanteekeningen, (J. Kats, 1910).
2. Arjuna Wiwaha (Poerbatjaraka, 1926).
3. Sejarah Melayu, terjemahan (Leyden, 1921).
4. The Malay Annals, terjemahan (C.C. Brown, 1952).
5. Hikayat Hang Tuah (H. Overbeck, 1922).
- contoh suntingan naskah filologis tahap keempat (4) adalah :
1. Het Boek der Duizend Vragen, berdasar Hikayat Seribu Masalah (G.F. Pijper, 1924).
2. Shair Ken Tambuhan (Teeuw, 1966).
3. Hikayat Merong Mahawangsa (Siti Hawa Shaleh, 1970).
4. Arjuna Wijaya (S. Supomo, 1977).
5. Jnanasiddhanta (Haryati Subadio, 1971).
- contoh suntingan naskah filologis tahap kelima (5) adalah :
1. Een Javansche Primbon uit de Zestiende Eeuw, suntingan ulang dari Een Javansche geschrift uit de 16nd eeuw (G.H. Gunning) (oleh H. Kraemer, 1921, dan G.W.J. Drewes, dengan judul yang sama, 1954).
2. Het Boek van Bonang, diterbitkan ulang dengan judul The Admonition of Seh Bari (Drewes,1969).
3. Wirataparwa (Joynboll, 1802) diterbitkan ulang dengan judul Wirataparwa Opniuw Vitgegeven (Fokker, 1938).
4. Arjuna Wiwaha (Friederich, 1850) diteritkan ulang dengan judul Arjuna Wiwaha (Poerbatjaraka, 1926).
- pada abad ke-20 banyak dikaji dan diterbitkan naskah-naskah keagamaan baik naskah Jawa maupun Melayu. Diantaranya adalah :
1. The Mysticism of Hamzah Fansuri (Naguib Al-Attas, 1970).
2. Malay Mysticism (A.H. John, 1957)
3. The Book of Cabolek berdasar Serat Cabolek (Subardi, 1975).
4. De Hikayat Atjeh berdasar Hikayat Aceh (Teuku Iskandar, 1959).
5. Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten berdasar Babad Banten (Hoesen Djayadiningrat, 1913).
6. Hikajat Bandjar berdasar Hikayat Banjar (J.J. Ras, 1968).
7. Babad Buleleng berdasar sejarah Bali (P.J. Worsley, 1972).
8. Samsuddin van Pasai berdasar naskah-naskah karya Samsudin (C.A.O. van Niewenhuijze, 1945).
9. De Maleische Alexanderrornan berdasar Hikayat Iskandar Zulkarnain (Pj. Van Leeuwen, 1937), dan De Roman van Amir Hamzah berdasar Hikayat Amir Hamzah (Ps. Van Ronkel), dan masih banyak yang lain.
TEORI FILILOGI DAN PENERAPANNYA.
A. Masalah Naskah – Teks dalam Filologi.
1. Pengertian Naskah.
- obyek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau.
- semua bahan tulisan tangan disebut naskah (Handschrift) atau Manuscript.
- bahan naskah untuk karya Jawa Kuno disebut – oleh Zoutmulder – karas (bahan dari batu atau papan), daun rontal, dluwang (kertas dari kulit kayu), dan kertas Eropa (pada abad 18 dan 19).
2. Istilah Naskah – Teks di luar konteks Filologi.
- naskah di luar konteks filologi meliputi :
1. naskah yang akan diterbitkan.
2. naskah disertasi dan naskah makalah.
3. naskah pidato atau teks pidato.
a. Beda Naskah dan Prasasti.
Naskah

1. pada umumnya berupa buku atau tulisan tangan.
2. pada umumnya panjang dan memuat cerita lengkap.
3. pada umumnya anonim tidak berangka tahun.
4. berjumlah banyak karena disalin. Prasasti

1. tulisan tangan pada batu, batu bata, logam, gerabah, marmer, atau kayu.
2. pada umumnya pendek dan ringkas.

3. pada umumnya menyebut nama penulis dan angka tahun.
4. sedikit dan tidak disalin.
b. Kodikologi.
- Kodikologi adalah ilmu tentang kodeks.
- Kodeks adalah bahan tulisan tangan, gulungan atau buku tulisan tangan, terutama dari teks-teks klasik.
- Kodikologi mempelajari seluk beluk semua aspek naskah (bahan, umur, tempat penulisan, perkiraan penulis naskah).
- setelah ditemukan mesin cetak, kodeks berubah arti menjadi buku tertulis.
- pada hakekatnya kodeks berbeda dengan naskah. Kodeks adalah buku yang terdsedia untuk umum, dan hampir selalu didahului oleh naskah.
- skema berikut menggambarkan kodeks sebelum dan sesudah ditemukan mesin cetak :









- teks bersih yang ditulis oleh pengarang disebut Otografi, sedangkan salinan teks bersih oleh orang lain disebut Apografi.
3. Pengertian Teks.
- Teks artinya kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya bisa dibayangkan saja.
- teks terdiri dari isi (ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya), dapat dibaca dan dipelajari.
a. Tekstologi.
- Tekstologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk teks (penjelmaan, penurunan teks, penafsiran, dan pemahaman).
- Lichacev menawarkan 10 (sepuluh) prinsip untuk penelitian teks :
1. Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu karya.
2. Penelitian teksa harus didahulukan dari penyuntingannya.
3. Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya.
4. Tak ada kenyataan tekstologis tanpa penjelasannya.
5. Secara metodis perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah teks (ideologi, artistik, psikologis, dan lainnya) harus didahulukan dari pada perubahan mekanis teks (kekeliruan tidak sadar oleh penyalin).
6. Teks harus diteliti sebagai keseluruhan (prinsip kekompleksan pada peneltian teks).
7. Bahan-bahan yang mengiringi teks ( misalnya kolofon : tahun penulisan yang ada didalam naskah) harus diikutsertakan dalam penelitian.
8. Perlu diteliti pemantulan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks dan monumen sastra lain.
9. Pekerjaan seorang penyalin dan kegiatan skriptoria-skriptoria (sanggar penulisan atau penyalinan : biara, madrasah) tertentu harus diteliti secara menyeluruh.
10. Rekonstruksi suatu teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam naskah-naskah secara faktual.
- Teks dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Teks lisan yang pada tradisi satra rakyat disampaikan secara lisan dan dari mulut ke mulut.
2. Teks naskah tulisan tangan dengan huruf daerah.
3. Teks cetakan yang mulai dikenal setelah seni cetakan ditemukan.
- Masing-masing teks memiliki filologinya.
- atas dasar uraian di atas, maka tekstologi dapat dikatakan sebgai studi sejarah teks.
b. Terjadinya Teks.
- De Haan mengemukakan berbagai kemungkinan mengenai terjadinya teks :
1. aslinya ada dalam ingatan pengarang atau pembawa cerita, kemudian teks itu diturunkan kepada atau disalin oleh orang lain melalui dikte, sehingga memunculkan teks-teks turunan.
2. aslinya berupa teks tertulis yang masih merupakan kerangka, kemudian teks itu disalin, diwariskan, dipinjam, atau mungkin dicuri sehingga memunculkan teks turunan yang bervariasi.
3. aslinya berupa teks yang sudah final (jadi) dari pengarang baik pilihan kata, urutan cerita, dan komposisinya, dan sudah memenuhi maksud tertentu dalam bentuk literer.
c. Teks Tulisan – Lisan.
- antara teks tulisan dan lisan seringkali tidak ada perbedaan yang tegas.
- teks lisan bisa menjadi dan berasal dari teks tulisan, sebaliknya teks tulisan bisa menjadi dan berasal dari teks lisan.
- dalam tradisi berbagai masyarakat baik Jawa, Melayu, Bali, dan sebagainya teks tulisan sering dibacakan sebagai cerita atau dibaca bersama-sama.
4. Penyalinan.
- rangkaian penurunan yang dilewati oleh sustu teks yang turun temurun disebut tardisi.
- naskah diperbanyak atau disalin karena berbagai alasan :
1. aslinya sudah rusak dimakan zaman.
2. karena kekhawatiran terjadi sesuatu terhadap naskah aslinya, seperti hilang, terbakar, terlantar, ingin memiliki dan lainnya.
3. karena tujuan magis, yakni mendapat kekuatan magis dari naskah yang disalinnya.
4. karena tujuan politik, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya.
- akibat penyalinan yang berulang ulang adalah :
1. muncul beberapa atau banyak naskah mengenai suatu cerita.
2. memungkinkan terjadinya kesalahan atau perubahan, seperti :
- beberapa huruf hilang (haplografi).
- penulisan maju dari perkataan ke perkataan yang sama (saut du meme au meme).
- hilangnya sebagian kata dalam kalimat, beberapa baris, atau bait ya terlampaui.
- beberapa kata, baris atau bait ditulis dua kali (ditografi).
- perubahan, terbalik, atau pergeseran huruf dalam kata.
- urutan ceritanya terbalik atau bergeser.
- beberapa kesalahan tersebut bisa terjadi karena :
1. penyalin kurang memahami bahasa naskah.
2. penyalin kurang teliti atau salah baca.
3. penyalin sengaja atau tidak sengaja mengurangi, menambah, atau mengubah teks.
4. perubahan yang dilakukan oleh penyusun untuk penyempurnaan.
5. adanya sensor oleh pemerintah, pengetik, atau pencetak.
- semua hal di atas menyebabkan terjadinya variasi teks atau naskah.
5. Penentuan Umur Naskah.
- pada umumnya naskah tidak menyebutkan waktu penulisan.
- umur naskah atau waktu penulisan bisa dirunut melalui :
1. keterangan dari dalam naskah (intern evidentie) dan keterangan dari luar (extern evidentie).
2. catatan pada akhir teks kapan dan dimana teks selesai ditulis (kolofon).
3. tanda atau lambang pabrik pembuat kertas (water mark = cap air).
4. catatan-catatan di sampul luar, depan, atau belakang naskah.
5. asal mula naskah menjadi milik berbagai perpustakaan atau perorangan.
6. bentuk dan ciri tulisan.
7. waktu dan peristiwa-peristiwa sejarah.
8. isi atau materi yang terkandung di dalam naskah.
6. Keberadaan Naskah-naskah Nusantara.
- Menurut Martin Van Bruinessen, naskah-naskah Islam kuno di Indonesia kurang lebih ada 900 buah :
1. 55 % (500 naskah) berbahasa Arab.
2. 22 % (200 naskah) berbahasa Melayu.
3. 13 % (120 naskah) berbahasa Jawa.
4. 4 % (35 naskah) berbahasa Sunda.
5. 2,5 % (25 naskah) berbahasa Madura.
6. 2 % (20 naskah) berbahasa Indonesia.
7. 0,5 % (5 naskah) berbahasa Aceh.
- Menurut informasi dari bagian naskah Perpustakaan Indonesia Jakarta, ada sekitar 1000 ( seribu ) buah naskah Arab.
- Menurut Ismail Husen, naskah Nusantara ( Melayu dan Indonesia ) diperkirakan ada sekitar 5000 (lima ribu) buah yang seperempatnya berada di Indonesia.
- Naskah-naskah Nusantara (Melayu dan Indonesia) tersebar di 26 negara, antara lain : Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Srilangka, Thailand, Mesir, Inggris, Jerman, Rusia, Austria, Hongaria, Swedia, Afrika Selatan, Belanda, Spanyol, Italia, Perancis, Amerika, dan Belgia.
B. Kritik Teks.
1. Pengertian Kritik Teks.
- kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani “krites” (seorang hakim), “kritein” (menghakimi), “kriterion” (dasar penghakiman).
- Kritik teks adalah mengevaluasi, meneliti, dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat.
- tujuan kritik teks adalah menemukan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya.
- tugas utama filolog adalah memurnikan teks melalui kritik teks.
- teks yang sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan dan disusun kembali seperti semula, secara ilmiyah dapat dipandang sebagai tipe mula (arketip) dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber bagi penelitian-penelitian ilmiyah.
- langkah-langkah kritik teks :
1. membandingkan teks.
2. meneliti seberapa banyak teks disalin dan seberapa banyak variasinya.
3. mencermati apakah tema dan isinya berubah/dirubah atau tidak oleh penyalin, atau salah satu dari keduanya yang berubah.
2. Transliterasi.
- Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.
- Transkripsi adalah menyalin jenis tulisan, huruf demi huruf tanpa mengganti jenis tulisan.
- Transkripsi dimungkinkan dengan cara mengubah satu ejaan ke dalam ejaan lain. Contoh : coup d’etat  kudeta, psychology  psikologi.
- transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama kepada pembaca yang umumnya tertulis dengan huruf/bahasa daerah atau bahasa asing.
- transliterasi harus memperhatikan ciri-ciri teks asli dan harus menggunakan pedoman yang pasti dan konsisten.
- teks yang sudah ditransliterasikan akan lebih bermanfaat apabila disertai terjemahan.
3. Perbandingan Teks.
- dalam prinsip filologi, teks yang disalin berkali-kali akan menghasilkan teks-teks yang bervariasi.
- suatu teks yang diwakili oleh banyak naskah seringkali memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
- untuk menentukan dan menghasilkan teks yang paling bisa dipertanggungjawabkan, maka harus melalui perbandingan teks.
- langkah-langkah perbandingan teks :
1. membaca dan menilai (resensi) semua naskah yang ada.
2. teks-teks yang diketahui disalin dari teks lain dan tidak menunjukkan kekhususan apa pun, maka teks tersebut dapat disisihkan (eliminasi).
3. memeriksa secara teliti teks-teks yang sudah ditetapkan sebagai obyek penelitian yang mencakup :
a. keaslian teks (eksarnisasi).
b. apakah ada tempat yang salah (korup).
c. apakah ada tempat-tempat yang ditinggalkan (lakuna).
d. apakah ada tambahan (interpolasi) dari penyalin.
e. apakah ada bacaan-bacaan yang berbeda (varian).
4. mencatat semua varian yang ada pada teks, apakah berasal dari teks asli ataukah merupakan penyimpangan, dengan cara :
a. membandingkan kata demi kata, apakah sebuah kata ada di tempat lain atau hanya ada di tempat itu saja (hapax).
b. memeriksa kecocokan irama (metrum) dalam teks puisi.
c. memeriksa kesesuaian dengan teks cerita.
d. memeriksa gaya bahasanya.
e. memeriksa latar belakang budaya atau sejarahnya.
f. memeriksa apakah ada perbedaan alur cerita (versi).
- langkah-langkah perbandingan naskah (teks) dalam jumlah besar :
Setelah melalui proses perbandingan semua naskah, maka langkah selanjutnya adalah :
1. mengelompokkan naskah dalam beberapa versi.
2. membandingkan semua naskah dalam tiap kelompok.
3. menentukan hubungan antara satu kelompok dengan kelompok lain.
4. menggambarkan garis keturunan versi-versi dan naskah-naskah.
5. menentukan metode kritik teks yang paling sesuai dengan hasil perbandingan.
C. METODE PENELITIAN.
1. Pencatatan Dan Pengumpulan Naskah.
- langkah-langkah untuk meneliti naskah atau teks :
1. mencatat naskah atau teks yang berjudul sama atau berisi cerita yang sama di berbagai perpustakaan berdasarkan katalog.
2. mencari naskah yang mungkin dikoleksi oleh perorangan.
3. mengumpulkan ulasan-ulasan atau tulisan-tulisan menegnai naskah atau teks tersebut dalam karya orang lain.
4. kalau ada melacak tradisi lisannya dan merekamnya dari tukang-tukang cerita atau orang yang masih segar mengingat cerita dalam naskah atau teks tersebut.
5. kalau naskahnya berjumlah banyak, maka naskah harus diperbandingkan, dikelompokkan dan dibuat silsilah penurunannya.
2. Metode Kritik Teks.
a. Metode Intuitif ( Metode Subyektif ).
- metode ini dipergunakan sesuai dengan apa yang diyakini oleh peneliti.
- Cara Kerja :
1. mengambil naskah yang dianggap paling tua.
2. di tempat-tempat yang dipandang tidak betul atau tidak jelas, naskah itu diperbaiki berdasarkan naskah lain dengan memakai akal sehat, selera baik, dan pengetahuan luas.
b. Metode Stema ( Metode Obyektif ).
- metode ini diperkenalkan oleh Lachman dan kawan-kawan ( filolog Jerman ) pada tahun 1930an.
- Cara Kerja :
1. meneliti secara sistematis hubungan kekerabatan antar naskah atas dasar perbandingan naskah yang mengandung kekhilafan bersama.
2. naskah yang memiliki kesalahan yang sama dan berada di tempat yang sama pula, maka naskah tersebut berarti berasal dari satu sumber.
3. atas dasar kekeliruan-kekeliruan bersama dalam naskah kemudian dikelompokkan dan ditentukan silsilah naskah.
4. baru kemudian dilakukan kritik teks yang sebenarnya.
c. Metode Gabungan.
- Metode ini dipakai apabila nilai naskah menurut tafsiran filologi semuanya hampir sama dan kalaupun ada perbedaan hal itu tidak mempengaruhi teks.
- dalam metode ini, suntingan naskah atau teks merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada.
- Cara Kerja :
1. memilih bacaan mayoritas atas dasar perkiraan bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan yang betul.
2. Jika ada keragan dalam hal bacaan, maka dipakai pertimbangan lain di antaranya :
- kesesuaiannya dengan norma tata bahasa. - keutuhan cerita.
- jenis sastra - latar belakang
- dan faktor-faktor literer lain.
3. menyusun teks baru yang merupakan gabungan dari bacaan dari semua naskah.
d. Metode Landasan ( Metode Induk atau Legger).
- metode ini diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan dengan naskah-naskah lain yang diperiksa dari sudut pandang bahasa, kesastraan , sejarah atau lainnya.
- Cara Kerja :
1. naskah yang dipandang paling baik itu dijadikan sebagai landasan atau induk teks untuk edisi.
2. varian-varian yang ada hanya dijadikan pelengkap atau penunjang.
3. varian-varian yang terdapat pada naskah-naskah lain seversi dimuat dalam aparat kritik sebagai pembanding yang menyertai penyalinan naskah.
e. Metode Edisi Tunggal.
- metode ini dipakai apabila hanya ada satu naskah, sehingga tidak mungkin dilakukan perbandingan.
- Metode ini memiliki dua cara yaitu edisi diplomatik dan edisi standar.
- Cara Kerja Edisi Diplomatik:
1. membaca naskah dengan seteliti-telitinya.
2. menerbitkan naskah tersebut tanpa mengadakan perubahan-perubahan.
3. edisi diplomatik yang paling sempurna adalah menerbitkan naskah asli dengan cara reproduksi fotografis ( faksimile ).
4. edisi diplomatik juga bisa dilakukan dengan cara membuat transliterasi yang setepat-tepatnya.
- Cara Kerja Edisi Standar :
1. menerbitkan naskah dengan cara membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan yang ada dalam teks, dan ejaan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
2. dilakukan pengelompokan kata, pembagian kalimat, pungtuasi, dan diberikan komentar mengenai kesalahan-kesalahan teks.
3. pembetulan yang tepat dilakukan atas dasar pemahaman yang sempurna sebagai hasil perbandingan dengan naskah-naskah sejenis yang sezaman.
4. semua perubahan yang dilakukan dicatat di tempat yang khusus agar dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah sehingga memungkinkan penafsiran lagi oleh pembaca.
5. semua usaha perbaikan harus disertai pertanggungjawaban dengan metode rujukan yang tepat.

3. Susunan Stema.

































Keterangan :
- bagan di atas merupakan contoh susunan stema dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
- Arketip adalah nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan, dan dapat dipandang sebagai pembagi persekutuan terbesar dari sumber-sumber tersimpan.
- Hiparketip adalah kepala keluarga naskah-naskah seversi.
- huruf A, B, C, dan D adalah naskah-naskah yang diperbandingkan.
- Beberapa kemungkinan masalah dan kesulitan dalam penggunaan metode Stema :
1. Metode ini pada dasarnya berdasarkan pilihan antara bacaan yang benar dan yang salah. Dalam prakteknya sulit untuk menentukan pilihan itu.
2. Pilihan antara dua hiparketip sering juga tidak mungkin karena keduanya dianggap baik.
3. Dua anggota dari hiparketip mungkin mewakili dialek atau tahap bahasa yang berbeda sehingga penyunting menghadapi pilihan antara stema dan hegemonitas dialek atau tahap bahasa.
4. Masalah kontaminasi atau pembauran dua tradisi (terbuka dan tertutup) akibat tradisi terbuka.
5. Teks “asli” juga sering dipersoalkan, mungkin tidak pernah ada “satu” versi asli karena dari permulaan sudah ada variasi teks.
6. Hubungan antara tradisi lisan dan tradisi tulisan tangan mesti harus diperhatikan benar-benar, mana yang lebih asli dan otentik karena ada interaksi yang kuat antara keduanya.
4. Rekonstruksi Teks.
- setelah tersusun stema, teks kemudian direkonstruksi secara bertahap sambil melakukan emendasi (perbaikan, koreksi teks).
- bacaan yang salah dibetulkan menurut bacaan yang benar yang terdapat dalam naskah lain.
- jika ada perbedaan dalam sejumlah naskah yang sama sehingga tidak ada bacaan mayoritas yang dianggap benar, pembetulan dilakukan berdasarkan pengetahuan dari sumber lain sehingga bacaan yang satu dibetulkan dengan mengikuti bacaan yang lain.
- bacaan yang terdapat dalam semua naskah dianggap sebagai bacaan arketip.
- teks yang sudah direkonstruksi atau dipugar dipandang sebagai paling dekat dengan teks yang ditulis pengarang.

LANGKAH KERJA PENELITIAN FILOLOGI.
Pekerjaaan utama dalam penelitian filologi adalah :
- Mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan dan sesuai dengan aslinya.
- Menyajikan teks dalam bentuk tebaca oleh masyarakat pembaca masa kini.
Langkah Kerja Filologi.
1. Inventarisasi Naskah.
a. Menentukan naskah atau teks yang akan dijadikan obyek penelitian.
b. Mendaftar semua naskah (obyek penelitian) di berbagai perpustakaan, museum, lembaga swasta, lembaga pemerintahan, atau koleksi perorangan.
c. Pendaftaran naskah didasarkan atas daftar naskah atau katalog di perpustakaan.
d. Naskah-naskah yang sudah didaftar atau diinventarisir harus didapat atau diperoleh dengan cara memfotocopinya atau merekam dari microfilm.
e. Semua naskah yang sudah didapatkan harus dicatat nomor katalognya dan diberi kategorisasi menurut abjad (A, B, C, D, dan seterusnya).
2. Deskripsi Naskah.
a. Semua naskah yang telah didapat diuraikan atau dideskripsikan secara rinci.
b. Deskripsi naskah mencakup nomor katalog naskah, keadaan naskah, bahan naskah, tulisan dalam naskah, watermark, asal naskah, umur naskah, catatan lain mengenai naskah, dan pokok-pokok isi naskah.
c. Dengan deskripsi naskah dapat diketahui lengkap tidaknya naskah, jelas tidaknya tulisan, dan urut tidaknya cerita dalam naskah.
3. Perbandingan Naskah.
a. Semua naskah yang didapatkan harus dibaca satu per satu kemudian diperbandingkan satu dengan yang lainnya.
b. Perbandingan naskah bisa meliputi : a). Perbandingan kata demi kata. b). Perbandingan susunan kalimat, gaya bahasa, atau ejaannya. c). Perbandingan isi cerita.
c. Setelah semua naskah diperbandingkan, naskah-naskah itu digolongkan sesuai dengan kesamaan dan ciri-cirinya.
d. Penggolongan naskah sangat penting dan berguna untuk mengetahui kekerabatan antar naskah, menentukan silsilah naskah, dan untuk melacak transmisi naskah.
e. Dalam membandingkan naskah perlu dicatat variasi-variasi yang ada dalam naskah.
4. Penilaian (resensi) dan Pengujian naskah (kolasi).
a. Penilaian dan pengujian naskah (teks) dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yang ada dalam kritik teks.
b. Menentukan dan memilih bacaan atau urutan yang benar, serta menyelesaikan kekurangan atau masalah-masalah lain yang terdapat dalam naskah.
c. Pemilihan bacaan yang benar dan penyelesaian permasalahan yang terdapat dalam naskah didasarkan atas teks yang ada atau berdasarkan tulisan-tulisan lain mengenai naskah.
5. Rekonstruksi atau Penyusunan Kembali Teks dalam Bentuk “Terbaca”.
6. Transliterasi / Transkripsi Naskah.
7. Terjemah Naskah (Teks).
8. Pembahasan atau Analisis Teks sesuai dengan Pendekatan Yang Diperlukan.

DAFTAR BACAAN
Baried, Siti Baroroh, dkk., 1999, Pengantar Teori Filologi, Yogyakarta: Fak, Sastra Universitas Gadjah Mada.
Bruinessen, Martin Van, 1995, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat : Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan.
Chamamah Soeratno, 1999, Siti, Studi Filologi : Macam-macam Pengertian Filologi, Yogyakarta: Makalah disampaikan dalam pelatihan Filologi IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Garraghan, Gilbert J. S.J., 1957, A Guide to Historical Method, New York: Fordham University Press.
Istanti, Kun Zahrun, 1999, Cara-cara Menginventarisasi Naskah, Yogyakarta: Makalah disampaikan dalam pelatihan Filologi IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Jefferson, Aan, and David Robey, 1993, Modern Literary Theory, London: BT Bastford Ltd.
Lubis, Nabilah, 1996, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta: FKBSA Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah.
Maas, Paul, 1949, Textual Criticism, translated by Barbara Flower, New York: Clarendon Press.
West, Martin L. , 1973, Textual Criticism and Editorial Teqnique, Stuttgart: BG Teubner Stuttgart.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme