WorkBook DDC

Buku Kerja DDC

Buku Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Dasar-Dasar Klasifikasi

Dosen Pengampu : Anis Masruri














Disusun Oleh :

Sigit Roosdy Sulystyobudi

08140038 / F

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

2009 /2010




KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang memberikan rahmat, hidayah dan nikmat, sehingga buku kerja ini dapat diselesaikan.

Buku adalah jendela dunia. Begitulah kata papatah, yang berarti bahwa buku akan membawa kita kepada suatu peradaban yang lebih tinggi. Perpustakaan adalah tempat dimana bahan pustaka (sekarang ini bahan pustaka tidak hanya buku saja) terkumpulkan. Maka disitulah gudang ilmu yang sering kita temui.

Berbagai banyak bahan pustaka dengan beragam pula subjeknya. Itulah latar belakang mengapa Melvil Dewey menciptakan system klasifikasi yang sampai saat ini terkenal dengan Dewey Decimal Classification atau lebih dikenal dengan DDC. Dengan adanya system klasifikasi ini, para pengguna perpustakaan dimudahkan dalam proses temu kembali informasi.

Demikianlah hal-hal yang perlu kami sampaikan dengan harapan kiranya buku kerja ini ini dapat lebih memenuhi kebutuhan para pustakawan di Indonesia. Kami tetap menunggu kritik dan saran para pemakai demi penyempurnaan di kemudian hari.

Yogyakarta 10 Desember 2009

Sigit Roosdy Sulystyo Budi

DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Analisis Subjek 1

B. Langkah-Langkah Praktis Penggunaan DDC 3

BAB II DDC

A. Sejarah DDC 6

B. Bagan 7

C. Indeks Relatif 7

D. Cara Penggunaan DDC 8

1. Mengambil Langsung dari Bagan 8

2. Menggabungkan Nomor dengan Tabel 9

a. Tabel 1 Subdivisi Standar 9

b. Tabel 2 Wilayah 11

c. Tabel 3 Subdivisi Sastra 13

d. Tabel 4 Subdivisi Bahasa 13

e. Tabel 5 Ras, Etnis dan Kebangsaan 14

f. Tabel 6 Bahasa-Bahasa 14

BAB III Penutup 16



BAB I
Pendahuluan


A. Analisis Subyek
• Pengertian pengindeksan
Fungsi utama setiap perpustakaan adalah menyediakan dan menyampaikan informasi yang terdapat dalam koleksinya kepada pemakai yang memintanya, sehingga informasi yang dibutuhkan atau di inginkan tersebut harus dapat dicari dan ditemukan kembali. Proses tersebut disebut ‘ penemuan kembali informasi ‘ yaitu penemuan kembali informasi atau dokumen yang mengandung informasi yang dibutuhkan.
Pengindeksan meliputi kegiatan pengatalogan deskriptif dan pengindeksan subyek yang penunjang utama dalam proses temu balik informasi, hasil dari proses pengindeksan adalah indeks yaitu sarana yang menunjukkan pada penelusur bagian bagian mana dalam gedung informasi yang secara potensial relevan atau cocok dengan permintaannya. Salah satu jenis indeks adalah catalog perpustakaan, susunan koleksi dokumen,bibliografi, karena dapat memudahkan penelusuran dan temu kembali dokumen.
• Pengindeksan Subyek
Tujuan
1. Menunjukkan apa yang dimiliki perpustakaan mengenai subyek tertentu.
2. Menunjukkan apa yang ada di perpustakaan tentang subyek yang berkaitan/
Berhubungan dengan subyek yang diminta.
Produk
Deskripsi indeks dapat berupa
1. Tajuk subyek/descriptor dari daftar tajuk subyek atau thesaurus
2. Notasi/nomor kelas dari skema klasifikasi
*Cakupan Kegiatan
1. Analisis subyek yang meliputi:
a. Menentukan mengenai apa dokumen tersebut
b. Memilih konsep-konsep dan menyatakan dengan bahasa alamiah
c. Menyusun rangkuman spesifik
2. Penerjemah unsur-unsur analisis
* Konsep-konsep dalam rangkuman subyek dokumen
- Disiplin Ilmu
Dapat dibagi menjadi:
a. Disiplin fundamental ( fundamental disciplines )
Bagian-bagian utama ilmu ( pengetahuan atau bidang-bidang pengetahuan dasar,misalnya
1. Matematika
2. Ilmu-ilmu alamiah
3. Ilmu-ilmu kemanusiaan ( Humaniora )
4. Sejarah
5. Pengetahuan Moral
6. Kesenian
7. Agama
8. Filsafat ( Pembagian menurut Prof. Hirst Univ. Cambridge )
b. Subdisiplin ( subdisciplines )
Bidang spesialisasi dalam satu disiplin ilmu, misalnya:
• Ilmu-ilmu alamiah ( natural sciences ) dengan subdisiplin : Biologi-Fisika-Kimia, dsb.
• Kesenian dengan subdisiplin : Seni lukis, seni music, seni tari, seni pahat, dsb.



B.Langkah-langkah praktis penggunaan DDC
Untuk dapat mengguanakan DDC dengan baik diperlukan ketelitian, ketekunan dan latihan. Berikut beberapa petunjuk yang harus diperhatikan sebelum memulai mengklasir buku:
 Untuk dapat memahami pola umum pada system DDC pelajarilah berturut-turut ketiga ringkasan yang mendahilui bagan DDC. Hafalkan ringkasan pertama yaitu sepuluh kelas Utama dan pelajarilah ringkasan kedua untuk mendapatkan gambaran utama setiap kelas utama mulai dari kelas 000 sampai kelas 900. Kemudian dengan cara yang sama pelajrilah ringkasan yang ketiga.
  •  Sambil memplajari ringkasan kedua dan ringksan yang ketiga periksalah juga bagan yang lengkap. Lakukanlah hal ini secara sistematis dan teratur sehingga sedikit demi sedikit akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pola umum strukturnya.
  •  Bacalah dengan teliti pendahuluan buku ini.
  •  Periksalah tabel-tabel pembantu serta petunjuk pemakaiannya.
  •  Pelajarilah sifat-sifat khusus dari kelas utama kesusastraan (kelas 800) dan kelas utama karya umum (kelas 000)
Setelah langkah persiapan, langkah berikutnya yaitu bagaimana menganalisa sebuah buku untuk menentukan disiplin atau subjeknya. Yakni menganalisa suatu bahan pustaka. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
  •  Judul buku kadang-kadang mudah memberikan petunjuk tentang apa isinya misalnya matematika modern, Pengantar ekonomi, dan beternak itik, akan tetapi sering juga tidak jelas (bahkan membingungkan) sehingga perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut. Buku dengan judul seperti habis gelap terbitlah terang, pending emas, Small is beautiful, Asian Drama, atau One thousand Day tidak dapat kita temukan subjeknya begitu saja tanpa meneliti buku itu untuk memperoleh keterangan atau petunjuk lebih jelas misalnya judul tambahan, judul seri dan melalui cara-cara yang disebutkan dibawah ini.
  •  Daftar isi sebuah buku.
  •  Apabila dalam daftar isi tidak jelas atau tidak ada daftar isi, bibliografi atau sumber yang dipakai untuk menyusun buku itu dapat memberikan petunjuk yang bermanfaat.
  •  Bacalah sepintas kata pengantar atau pendahuluan buku itu yang biasanya memberikan informasi tentang sudut pandang penulis tentang subjeknya, ruang lingkup persoalannya.
  •  Apabila keempat langkah tersebut diatas belum memadai untuk menentukan subjek buku itu, maka kita terpaksa harus membaca sebagian teks buku itu atau mencari sumber informasi lain seperti bibliografi catalog penerbit, timbangan buku pada majalah ilmiah dan buku referensi lainnya bahkan meminta pertolongan kepada orang yang ahli.
Disamping masih ada kesulitan lain lagi didalam menentukan subjek sebuah buku secara tepat oleh karena:
  •  Di dalam kenyataan banyak pengarang yang membahas dua subjek atau lebih dalam sebuah buku.
  •  Sering pula ada buku yang membahas dua aspek atau lebih dari satu subjek yang berarti kita harus berurusan dengan lebih dari satu disiplin ilmu.
  •  Makin lama makin banyak buku yang masalahnya di tinjau dari atau mencakup berbagai ilmu sehingga merupakan karya interdisipliner dan kecenderungan ini menambah sulitnya tugas untuk mengklasifikasinya.
Beberapa petunjuk umum untuk menggolongkan bahan pustaka antara lain:
  •  Kecuali untuk kesusastraan golongkna suatu buku pertama menurut subjeknya kemudian meenurut bentuknya atau aspeknya. Misalnya Kamus koperasi 334.03 (334 adalah kopersi – 03 adalah kamus), Sejarah ilmu kedokteran 610.9 (610 adalah kedokteran – 09 adalah sejarah)
  •  Golongkan sebuah buku sesuai dengan apa yang menjadi maksud dan tujuan pengarangnya. Misalnya Pengaruh kesusastraan belanda pada angkattan pujangga baru Indonesia (810) bukan pada kesusstraan belanda (839.3)
  •  Golongka sebuah buku berdasarkan subjek yang paling specific dan bukan pada subjek yang leebih luas. Misalnya buku tentang Ilmu ukur pada 516, bukan pada 510 yang adalah subjek yang lebih luas Matematika.
  •  Apabila sebuah buku dapat ditempatkan pada nomor kelas yang sama-sama tempatnya, golongkan buku itu pada golongan yang paling bermanfaat bagi pemakai perpustakaan. Misalnya bagi perpustakaan Fakultas Kedokteran Bibliografi Kedokteran akan lebih bermanfaat ditempatkan pada 610,16 sedangkan pada perpustakaan umum sebaiknya ditempatkan pada 016.61
  •  Apabila sebuah buku membahas dua ssubjek yang saling berhubungan, golongkan pada subjek yang paling banyak mendapat tekanan dalam uraiannya. Misalnya Pengaruh komunisme pada Gereja katolik Roma, digolongkan pada 282 bila uraiannya lebih ditekankan pada gereja Roma Katolik, bukan pada 320.5 Ideologi politik termasuk komunisme.
  •  Apabila sebuah buku membahas dua subjek yang tidak saling berhubungan :
  1. • Golongkan pada subjek yang lebih banyak di uraikan.
  2. Bila urainnya sama banyak, golongkan pada subjek yang lebih dulu duraikan dalam buku.
  3. Pada subjek yang lebih dulu disebutkan dalam bagan DDC, misalnya buku tentang hokum (340) dan politik (320) digolongkan pada politik karena 320 lebih dulu disebut dalam bagan DDC, atau
  4. Pada subjek yang lebih diutamakan dalam perpustakaan, misalnya dalam perpustakaan Depatemen Kehakiman buku tersebut diatas akan di golongkan pada 340.



BAB II
DEWEY DECIMAL CLACIFICATION ( DDC )

A.Sejarah DDC
Dewey Decimal classification (DDC) merupakan system klasifikasi perpustakan hasil karya Melvil Dewey (1851-1931).Dewey telah merintis system klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai pustakawan di Amherst college, Massachusetts di sebuah Negara bagian amerika serikat.
Karena tuntutan keadaan, terutama belum adanya sistem guna menata buku–buku yang di miliki perpustakan, Dewey berusaha keras menciptakan sastem tersebut.pada tahun 1876. Dewey dapat menerbitkan edisi pertama dengan judul “classification and subject index for cataloguing,and Arranging the Books and pamphlets of library”. Edisi pertama ini hanya 42 halaman dan terdiri dari 12 halaman pendahuluan, 12 halaman bagan, dan 18 halaman indeks.
Pada edisi-edisi selanjutnya, DDC terus mengalami penyempurnaan dengan memasukan subjek-subjek yang belum tercakup selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini telah terbit Edisi XXII tahun 2003 terdiri dari 4 jilid: introduction, schedule 000-599, schedule 600-999 dan Indek Relatif, setebal lebih dari 3.000 halaman.
Di samping edisi lengkap, DDC juga menerbitkan edisi ringkas,edisi ringkas dimaksudkan untuk digunakan di perpustakaan yang memiliki koleksi di bawah 20.000 judul. Edisi ringkas ini yang paling banyak digunakan oleh Perpustakaan Sekolah dan Umum yang koleksinya masih terbatas. Saat ini, DDC telah di terbitkan dalam bentuk terjemah dalam berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia dan sangat dikenal di dunia perpustakaan.
Adapun keunggulan sistem klasifikasi ini adalah sistematik, universal, fleksibel, lengkap dan siap pakai .disamping keberadaannya yang siap pakai, DDC juga memungkinkan untuk pembentukan notasi yang belum tercantum dalam bagan, baik dengan menggunakan table-tabel tambahan maupun mengikuti petunjuk yang ada dalam bagan. Dan kelemahannya DDC terletak pada kesan terlalu American centris dan kurang member perhatian pada bidang-bidang diluar Amerika dan Eropa Barat seperti bidang agama, manajemen pemerintah, dan bahasa-bahasa.


B. Bagan
Dalam sistem klasifikasi DDC Dewey membagikan seluruh bidang ilmu menjdi 9 bidang ilmu pengetahuan, masing-masing bidang diberi simbol berupa angka Arab, yakni dari 1 sampai 9. Karena dalam sistem klasifikasi DDC suatu notasi sekurang-kurangnya terdiri atas tiga buah angka Arab, maka dalam pembagian pertama bidang-bidang ilmu pengetahuan angka 1 sampai 9 masing-masing ditambah 00 menjadi 100 s.d. 900, disamping itu terdapat pula satu bidang ilmu yang bersifat umum yang diberi simbol 000. Kesepuluh bidang tersebut merupakan pengelompokkan pertama dalam sistem DDC dan telah menjadi kelas utama.
Bagan atau schedule pada DDC terdiri dari serangkaian notasi bilangan ( yang disebut dengan nomor kelas) untuk kelas utama dan semua perincian lanjutannnya (tajuk) yang disusun menurut ”Prinsip-prinsip Dasar DDC” yang sudah diuraikan sebelumnya. Seringkali tajuk dalam bagan diikuti dengan satu atau beberapa catatan dan petunjuk pemakainya. Uraian lebih lanjut mengenai lanjutan catatan dan petunjuk tersebut pada penjelasan berikutnya.
Kecuali bagan lengkap, DDC juga memiliki Ringkasan-ringkasan yang disebut Ringkasan Pertama ( yang terdiri dari 10 kelas utama ). Ringkasan Kedua ( yang terdiri dari 100 Divisi ) dan Ringkasan ketiga, yaitu 1000 seksi, yang sebenarnya hanya 920, karena ada nomor kelas yang tidak atau belum dipakai.
C. Indeks Relatif
Indeks DDC, seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya, yang disusun secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan orang untuk menemukan tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagan dan tabel-tabel
Pada bagan, berbagai aspek dari suatu subyek terpisah-pisah letaknya, dalam berbagai disiplin, sedangkan di dalam indeks, aspek-aspek suatu subyek dikumpulkan bersama-sama di bawah tajuk subyeknya, dan disertai indicator letaknya ( nomor kelas ) di dalam bagan. Oleh karena penempatan aspek-aspek subyek yang tidak tetap inilah maka indeks DDC disebut indeks relative. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tajuk dalam bagan disusun secara sistematis dan tajuk dalam indeks secara alfabetis.
Perlu diperhatikan bahwa kelas yang dicantumkan di belakang tajuk atu aspek-aspeknya di dalam indeks benar-benar hanya merupakan indicator saja, sehingga orang harus membandingkannya dengan nomor kelas pada bagan untuk mendapatkan yang paling tepat.
Contoh :
Patologi
Biologi 574.2
Hewan 591.2
Manusia 616.07
Tanaman 581.2

D.Cara Penggabungan DDC
1). Mengambil dari bagan
Langkah-langkah yang ditempuh di dalam memakai prosedur ini adalah sebagai berikut:
 Tentukan dulu subyek buku dan aspeknya seperti yang diuraikan dalam “menganalisa suatu bahan pustaka”
 Kemudian tentukan (untuk sementara) pada kelas utama mana buku itu dapat diklasir berdasarkan hasil analisa tadi. Misalnya buku tentang baja seperti contoh di atas dapat dimasukkan kelas utama 5 (ilmu murni), kelas 6 (teknologi) dan kelas 7 (kesenian).
 Kemudian tentukanlah termasuk divisi manakah (dari kelas utama yang dipilih) buku itu. Seandainya buku itu berhubungan dengan teknologi baja, maka buku itu dapat ditempatkan pada divisi-divisi 62,66,67 dan 69, sehingga kita harus memilih salah satu diantarannya.
 Dengan cara yang sama selanjutnya kita berturut-turut meneliti seksi, sub-seksi dan sub sub-seksi (kalau perlu lebih dari itu). Sampai kita memperoleh nomor kelas dan tajuk yang paling tepat. Tentu saja terjadi bahwa nomor yang kita peroleh bukan yang paling spesifik (hanya mendekati saja) atau nomor itu disediakan juga untuk subjek yang lain dari yang dibahas buku itu. Hal ini tidak berarti kita mendapat nomor kelas yang salah, nomor kelas itu tepat meskipun dapat dipakai juga untuk subjek/aspek subjek yang lain.
 Pada setiap langkah dalam prosedur di atas, kita harus memeriksa setiap petunjuk dan catatan yang kita jumpai sehingga kita tidak membuat kesalahan dalam mencari nomor kelas yang paling tepat.
2). Menggabungkan nomor bagan dengan table
a) Tabel Subdivisi Standar
Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya dalam bagan, adakalanya perlu
dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan “bentuk” yang diambil dari notasi yang terdapat dalam tabel 1 (standard subdivision, hal.3-24). Tabel 1 ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi. -05 adalah bentuk. Terbitan berkala atau majalah. Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian intelektual, misal -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat filsafat dan teori, -09 sejarah dan geografi.
Dalam bagan terdapat 5 cara untuk penggunaan tabel 1 ini, yakni:
a) Tidak ada instruksi
Jika dalam bagan tidak terdapat instruksi penggunaan dan penambahan tabel 1, maka notasi tersebut dapat ditambahkan dengan notasi yang terdapat dalam tabel 1
Majalah Angkatan Laut = 359 + -05 359.05
359 = angkatan Laut
-05 = majalah
b) Terdapat dalam bagan (lengkap)
Di dalam bagan sudah diberikan contoh yang lengkap untuk tabel 1, hanya tidak dirinci. Misalnya dalam kelas Filsafat, tabell 1 telah tercantum dalam bagan yang menjangkau 101 s.d. 109 hanya saja tidak dirinci seperti notasi yang terdapat dalam tabel 1
101 Teori filsafat
102 Aneka ragam filsafat =
103 Kamus,ensiklopedi dankonkordans filsafat
c)Terdaftar sebagian
Di dalam bagan adakalanya sebagian saja notasi tabel 1 tersebut yang didaftarkan. Dari contoh yang telah terdaftar berarti dapat pula diperluas dengan notasi tabel 1 yang lainnya.
551.1 = geologi, meteorology, hidrologi umum
551.2 = gunung berapi, gempa bumi, air dan gas termal
551.3 = proses-proses di permukaan
551.4 = geomorfologi dan hidrosfer

d) Ada instruksi penggunaan dua nol (00)
Di dalam bagan adakalanya terdapat instruksi penggunaan dua nol (00) untuk penambahan notasi tabel 1. Misalnya pada notasi 636 Peternakan, di bawahnya diikuti dengan instruksi “gunakan 636.001-636.009 untuk subdivisi standar”. Perhatikan perintah itu yang mengharuskan menggunakan dua nol (00). Jika ingin memperluas notasi 636, Peternakan dengan tabel 1, maka caranya adalah sebagai berikut :
345 = hukum pidana (dalam bagan)
-01 = filsafat dan teori (tabel 1)
345.001 =Teori hukum pidana

e) Instruksi penggunaan tiga nol (000)
Adakalanya untuk penambahan notasi tabel 1 pada notasi yang terdapat dalam bagan harus didahului dengan tiga nol (000). Hal ini tergantung pada instruksi yang terdapat dalam bagan dari subjek yang bersangkutan. Misalnya pada notasi 375 kurikulum, di bawahnya diikuti dengan notasi .000 1— .000 9 standard subdivisions. Ini berarti bila akan memperluas notasi 375 kurikulum dengan penambahan tabel 1 harus didahului dengan tiga nol (000)
-01 = filsafat
375.0001 = kurikilum filsafat

b) Tabel Wilayah

a. Tabel 2 Wilayah
Kadang-kadang suatu subjek mempunyai aspek geografis yang perlu dinyatakan dalam suatu notasi. Seperti angkatan laut Indonesia dalam notasi perlu dinyatakan selain notasi dasarnya (angkatan laut) juga notasi wilayah “Indonesia”. Untuk keperluan wilayah ini, DDC mempunyai tabek wilayah (tabel 2) yang mendaftar notasi-notasi wilyah di seluruh dunia.
Notasi wilayah seperti halnya subdivisi standar dalam penggunaanya tidak pernah berdiri sendiri, melainkan ditambah pada notasi dasar dengan cara tertentu sebagai berikut:
1) Ada petunjuk penggunaan
Ada kalanya suatu notasi disertai petunjuk penggunaan notasi wilayah yang berbunyi “tambahkan notasi wilayah dari tabel 2 pada angka dasar”
345 = hukum pidana (dalam bagan2)
-42 = Inggris (tabel 2)
345.42 = Hukum pidana inggris

2) Tidak terdapat petunjuk
Jika tidak dijumpai petunjuk penggunaan notasi wilayah penambahan notaasi wilayah pada notasi dasar dilakukan sebagai berikut:
 Terlebih dahulu notasi dasar ditambah dengan -09 dari SS
 Notasi wilayah ditambahkan pada notasi dasar + -09
359 = Angkatan laut
-09 =Notasi SS
-598 =Indonesia(tabel 2)
359.095 98 =Angkatan laut Indonesia

3) Menentukan notasi geografi wilayah
Notasi geografi suatu wilayah dapat ditentukan dengan menggunakan notasi wilayah dari tabel 2 DDc dengan cara sebagai berikut :
 Tentukan notasi dasar
 Buang angka terakhir 0
 Tambahkan notasi wilayah yang bersangkutan
Geografi China
910 = Geografi
-51 = China (tabel 2)
915.1 =Geografi China



c) Tabel Subdivisi sastra

Dalam klas 800 (kesusasteraan)dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut
“subdivisi masing-masing sastra”. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi,dan sebagainya. Notasi yang terdapat alam Tabel 3 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu sastra yang berakhiran dengan angka 0 (nol), notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja. Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820,dan seterusnya.
Fiksi Inggris = sastra Inggris + Notasi bentuk sastra
Fiksi = 820 + -3(T3)
= 823

d) Tabel Subdivisi Bahasa
Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “masing bahasa”(Subdivisions of Individual Languages). Notasi yang terdapat dalam tabel 4 ini hanyadapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam klas 400. Bila notasi suatu bahasa terdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi dasarnya hanya 2 angka pertama.
Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali 47- bukan 470. Cara penambahan Tabel 4 ini:
a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
b) Belum terdaftar dalam bagan
c) Kamus dua bahasa. Urutan sitirannya dengan mengutamakan bahasa yang kurang
dikenal kemudian tambahkan -3 (dari Tabel 4), menyusul notasi bahasa yang lebih
dikenal
Kamus Arab-Indonesia = Bahasa Arab + -3 +-1(T6)
= 492.7 + -3 +-1
= 492.731

d) Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih dimasukkan ke dalam kamus poliglot (polyglot dictionaries).


e) Table ras, etnik, dan kebangsaan
Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951 Chinese -992.1 Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya, lalu tambahkan dengan Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 9 notasi di tabel 5, ini dilakukan bila dirasa perlu untuk memperluas subyek yang bersangkutan.
Adapun cara penambahannya, adalah:
a) Ada perintah
Hak Sipil dan Politik orang Indian Navajo
323.11 + -9726 = 323.119 726
b) Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari Tabel 1) kemudian cantumkan
notasi
Seni Keramik Orang Yahudi
738 + -089 (T1) + -924 (T5) = 738.089 924

f) Table bahasa
Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalam
bahasa Belanda. Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Cina, dan sebagainya. Terlebih
dahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Qur’an kemudian ditambahkan
dari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari Tabel 6.
Cara penggunaanTabel 6 ini adalah:
a) Ada perintah
Contoh
Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Cina
2X1.2 + -951 = 2X1.295 1

b) Tidak ada perintah. Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah di mana suatu bahasa sangat dominan, dari Tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 ini.
Contoh
Kitab Injil dalam Bahasa Jerman
220 + -175 +-3 = 220.175 3




















BAB III
Penutup

Mengklasifikasi bahan pustaka dengan menggunakan Skema klasifikasi
Persepuluhan Dewey (DDC), perlu pemahaman komponen-komponen yang ada pada
sistem ini. Jika dapat melakukan analisis subyek dengan tepat sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh penulis suatu bahan pustaka, dan dapat mengikuti petunjuk yang ada
pada bagan klasifikasi diharapkan dapat memperoleh subyek yang tepat dan dapat
mendapatkan notasi yang tepat. Sehingga penempatan bahan pustaka di rak jajaran pada
posisi yang benar dan proses penelusuran atau pencarian informasi mudah dilakukan
dengan cepat dan tepat.
















powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme